Part 16

44 23 8
                                    


Antara benci dan suka yang
tak kuketahui di mana tepatnya.
~Inaya Araby Elara


Kini aku sedang memperhatikan Rangga, Aras dan dua teman lain yang sedang sibuk bergelut dengan salah satu game online, favorit  lelaki saat ini.

Sudah hampir setengah jam lebih para pemuda itu bermain game dari handpone mereka masing-masing, satu kata yang tersirat di benak ku bosan.

Ku putuskan untuk keluar dari kamar yang di penuhi dengan gelak tawa dan suara-suara berisik Rangga beserta teman-temannya.

Ku duduki tikar berbulu warna abu-abu kesukaan ku, sembari membuka salah satu aplikasi tempat membaca novel digital yang terdapat dalam handpone.

Sebuah panggilan telepon dari nomor yang tak di kenal mengalihkan fokus ku yang tadinya sedang sibuk menyumpah-serapah tokoh antagonis yang terdapat dalam novel yang ku baca.

Mungkin kini saatnya sang penelepon lah yang ku marahi karna sudah menggangu waktu membaca ku, tanpa berlama-lama segera ku angkat panggilan telepon tersebut.

"Gimana senengkan lo di telepon sama gue? " Sapa orang di sebrang sana dengan ke tidak tau diri yang sangat khas.

"Seneng pala lo, gue tuh lagi sibuk lo tuh ganggu tau ngak! " Celetuk ku kesal.

"Sok sibuk kali, lagian apa sih kesibukan lo selain mikirin gue?" Ucap Dylan kepedean.

"Najis. " Seru ku.

"Gak habis pikir sama lo Ra, cewe-cewe lain kalau gue telepon tuh pada seneng bahkan sampe ada yang gak mau putusin sambungan teleponya. Lah elo, malah sok jual mahal. " Terang Dylan.

"Karna gue gak buta kaya cewe lain, bye. " Cetus ku memutuskan sambungan telepon, dan tentu saja dengan rasa kesal.

"Idihh teleponan sama siapa tu? pacarnya yaa? " Ujar Aras yang entah sejak kapan berada di dekat ku.

Enggan menjawab pernyatan ngaur Aras aku mengambil alih-alih untuk menutup mulutnya yang terus menyuarakan seputar aku yang teleponan.

"Apa Ras? Ara punya pacar? " Seru seseorang yang ku takuti mendengar perkataan Aras, ya itu Rangga.

"Mampus-mampus. "

"Dih enggak-enggak Aras kok di dengerin sih, ngada-ngada dia tuh. " Balas ku sembari melirik ke arah Aras sengit.

"Dih bohong apaan, lo kali yang bohong, orang tadi gue liat lo senyam-senyum sendiri." Sambung Aras membuat ku sulit bernafas.

"Bener apa yang di bilang Aras itu Ra? " Tanya Rangga tepat kepada ku.

"Enggak lah yakali gue punya pacar. " Jawab ku berusaha membuat Rangga percaya, walau ku tau Rangga tak percaya dengan perkataan ku.

"Trus kalau bukan pacar siapa? " Tanya Rangga lagi dan tentu dengan nada datar yang membuat ku gemetar.

"Byla, iya tadi gue tuh teleponan sama Byla bestie gue. Yaudalah ya gue mau lanjut ngebaca dulu bye-bye. " Pamit ku melarikan diri dari kedua makhluk berbahaya di rumah ini.

Dari pada berlama-lama dan di introgasi lebih lama oleh Rangga, lebih baik aku melarikan diri secepatnya.

Dasar Dylan, tak cukup di tempat les dia menggangu ku bahkan di rumah sendiripun aku terusik karnanya.

Kontra Kita || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang