Part 42

7 9 4
                                    


Ku kira akan jadi teman hidup, ternyata cuma jadi pelajaran hidup.
~Inaya Araby Elara

Hari ini adalah hari terakhir ku les di tempat ini, dan dalam beberapa hari belakangan ini aku tak kunjung menemui Atala.

Entah sejak kapan ketidak munculan Atala membuat ku gelisa, padahal niatnya aku hanya ingin memberitaunya bahwa aku akan pindah tapi semsesta tak juga mengizinkan kami untuk bertemu.

Dan Hari ini juga aku akan mengatakan kepada Haris bahwa aku akan keluar dari les.

Aku mulai bergelut dengan pena dan pikiran untuk menyelesaikan tugas yang di beri Bu Laura.

Syukurnya aku bisa mengumpulkan latihan ku tepat waktu, dan setelahnya tinggal menunggu waktu pulang saja.

Tak terasa waktu pulang pun dengan cepat menyapa, aku dengan santai membereskan alat-alat tulis ku.

"Mau ke bawah bareng? " Tanya Haris, menawarkan sesuatu yang selalu ia lakukan saat pertama kali aku masuk les.

"Iya. " Jawab ku.

"Gue keluar dari les, mulai besok gue udah gak masuk lagi, maaf ya gue baru bilang sekarang. " Ujar ku sembari tersenyum kikuk.

"Kenapa keluar tiba-tiba? " Tanya Haris mencoba untuk biasa-biasa saja, walau relung hatinya sudah terasa perih sedari tadi.

"Gak tiba-tiba kok, emang dari awal masuk ke les ini untuk persiapan UN dan lo tau sendiri kan besok gue udah mulai UNBK. " Jelas ku.

"Oh gitu, semangat ya! " Seru Haris menyemangati ku.

"Lo juga ya, semoga nilai kita berdua tinggi. " Balas ku.

"Amin. " Jawab Haris.

Seseorang yang sedang berada di atas motor membuat ku terpaku dan membuat ku merasa bahagia secara tiba-tiba.

Haris yang menyadari hal tersebut ikut memperhatikan seseorang yang ku pandangi dari kejauhan.

Senyuman tercetak jelas di bibir ku, apa kini sudah saatnya untuk ku memberitahukannya tentang rasa dan kepergian ku?

Aku menjadi gugup hanya karna melihat wajahnya saja, tak ku sangka ternyata aku selemah ini.

Ku langkahkan kaki ku untuk sedikit menjauh dari Haris, dan memastikan dari kejauan ini bahwa aku tak salah melihat orang di sana.

Aku sedang mempersiapkan diri agar nanti saat sudah di hadapannya tak salah tingkah.

Dan setelah di rasa sudah siap, aku mulai mengambil alih-alih untuk melangkah mendekati orang yang ku rindui itu.

Namun di saat yang bersamaan, dari arah lain tampak seorang perempuan berlari dengan kencang dan memeluk orang di atas motor tersebut.

Bagai di hantam batu besar, aku merasa hancur di saat itu juga apa lagi saat melihat wajah Atala yang terlihat bahagia melihat kehadiran perempuan tersebut di dekatnya.

Ya Atala lah orangnya.

Lidah ku keluh, kaki ku kaku, aku tak ingin melihat pemandangan menyakitkan ini tapi aku tak bisa mengendalikan tubuh ku tuk pergi.

Kontra Kita || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang