Part 26

14 13 1
                                    


Tuhan mematahkan hati mu karena kau meminta yang terbaik, dan aku... bukan orangnya.
~Inaya Araby Elara


Sudah lebih dari dua kali aku menghela nafas gusar, malam ini aku berfikir keras tentang siapa yang akan kupilih.

Aku tak mungkin memilih Raka, bukan hanya karena keyakinan kami yang berbeda, tapi juga perasaan kami pun berbeda.

Dan bukan berarti aku memilih Dylan, perempuan bernama Metta tadi telah membuatku sadar dan berfikir dua kali untuk memilih Dylan.

Memang dari awal pertemuanku dan Dylan sangat tidak baik, tak ada waktu tanpa adu argumen yang menimbulkan kekesalan.

Hal itu berbanding terbalik dengan pertemuan awalku dengan Raka, di mana Raka lebih rendah hati dan murah senyum di banding Dylan.

Tetapi yang namanya hati siapa yang tau, sikap menjengkelkan Dylan perlahan-lahan hilang dan Dylan malah menjelma menjadi laki-laki yang manja.

Raka tetap lah Raka, dari awal jumpa denganya tak pernah sekalipun kulihat senyuman luntur di bibir tebalnya. Ia tampak selalu bahagia, walau sebenarnya hati kecilnya terluka.

Demi apapun ini adalah pilihan yang sulit, mereka berdua mempunyai kesan tersendiri bagiku, tapi ke adaan memaksaku untuk memilih satu, dan aku tak tau siapa itu.

Namun aku tak akan menunda-nunda lagi, semakin lama aku memberi jawaban maka akan semakin berharap kedua laki-laki itu.

Jika kalian mau tau, tadinya aku hendak memilih Dylan. Karena lama kelamaan aku menjadi nyaman dengan tingkah lakunya yang tak jelas, bahkan aku sempat menyukainya kembali.

Tapi rasa yang baru tumbuh itu harus segera kuhapus, saat mengingat Metta yang mati-matian hendak mendapatkan Dylan aku memilih untuk mengalah dan merelakan Dylan untuknya.

Walau aku tau Dylan dan Metta tak memiliki hubungan apapun, aku mengalah bukan karena aku takut kalah atau apalah itu kepada Metta, melainkan karena aku adalah tipikal orang yang tak suka bertengkar hanya karena seorang laki-laki yang tak hanya ada satu di dunia ini.

Aku juga berpikir, jika aku memilih Dylan Metta pasti tak akan tinggal diam dan menyiapkan berbagai cara untuk mendapatkan Dylan kembali.

Kesibukanku banyak di tambah lagi sebentar lagi aku akan melaksankan ujian nasional, jadi bertengkar dengan Metta hanya akan menambah beban pikiranku dan membuang-buang waktuku yang jelas berharga.

Jadi lebih baik merelakan, dari pada bersama tapi harus menanggug resiko bodoh dari perempuan bernama Metta.

Dan memilih Raka pun rasanya tak mungkin, banyak sekali perbedaan di antara kami yang tak bisa kuwajari. Salah satunya di perasaan, aku tak bisa memaksakan diri untuk menerimanya dan menjalani hubungan tanpa perasaan.

Mataku tak sengaja melirik jam, dan tempat jarum pendek berhenti membuat kedua bola mata seakan mau keluar dari tempatnya.

Terlalu sibuk bergelut dengan pikiran sampai melupakan waktu, takku sadari ternyata sudah jam dua belas malam, aku harus cepat tidur agar esok pagi tak kesiangan dan semoga saja bisa menemukan jawaban yang tepat.

Selamat malam bulan, terimakasih sudah menemani malam ku hari ini, sampai jumpa di esok malam lagi.

※  ※  ※  ※

Kontra Kita || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang