Bukan benci yang membuat kita menjauh, tapi kecewa.
~Inaya Araby Elara
Sebuah lirikan sinis kembali di lemparkan oleh Nadira kepadaku sebelum ia keluar kelas, dan aku? aku tetap tak bergeming masih tak bisa berpikir jernih atas apa yang telah terjadi.
Beberapa hari lalu aku pernah di tanyai oleh Byla, saat itu aku di suruhnya memilih. "Aldo ngajak lo balikan dan ajakan Aldo bertepatan dengan Dylan yang ngajak lo jadian. Kalau lo ada di situasi itu lo bakal milih balikan sama Aldo atau nerima ajakan Dylan buat jadian sama dia? "
Dan saat itu aku asal memilih saja, karenaku kira aku tak akan pernah berada di situasi sesulit itu. Namun ternyata aku salah, hari ini aku di buat bimbang oleh dua laki-laki yang ternyata sama-sama menyukaiku.
Aku bingung harus bagaimana, jika harus memilih satu dari mereka pasti salah satu dari dua laki-laki itu akan tersakiti, ku tak mau menyakiti perasaan seseorang karena aku tau seperti apa rasa sakit itu. Agrr lalu aku harus bagaimana?!
"Ara kenapa sih lo? dari tadi keliatan gak fokus gitu, sehabis bicara sama Raka gelagat lo jadi aneh gini deh, lo di apain sama dia?" ujar Dylan menyadari perubahan sikapku.
"Enggak kok, gue balik di luan ya, bye-bye Dylan," pamit ku mengambil alih-alih untuk melangkahkan kaki meninggalkan Dylan.
"Nahkan gak konsen gitu, kemarin lo bilang mau ke toko buku sama gue, Main nyelonong bae," gerutu Dylan sontak menghentikan langkah kakiku.
"Oh iya-ya, ayodeh." sambungku yang baru ingat hal akan hal itu.
Aku dan Dylan berjalan bersama menuju parkiran, aku menepati jok kosong di motor Dylan, lalu Dylan melajukan motornya membelah keramaian jalan menuju toko buku.
Aku menghela nafas gusar, helaian rambutku berterbangan tak tentu arah saat di terjang angin petang, warna jingga di kanvas yang luas tersebut membuatku tenang sementara, matahari yang hendak meninggalkan bumi seakan berbisik padaku lewat pesonanya bahwa aku harus memutuskan.
Kulirik diam-diam wajah Dylan yang sedang fokus mengendarai lewat kaca spion, satu kata yang terlintas dalam otakku, tampan.
Dan tiba-tiba saja aku teringat Raka, selama ini pasti ia merasakan sakit di hatinya saat melihat aku dan Dylan terus bersama, dan begitu juga sebaliknya Dylan pasti akan sakit hati saat aku berada di dekat Raka.
Huhh, semoga nanti apapun keputusannya aku berharap apa yangku pilih adalah keputusan yang baik bahkan terbaik untuk kami bertiga.
Motor Dylan berhenti tepat di depan toko buku yang kukatakan padanya kemarin, aku ingin membeli beberapa buku dan alat tulis.
Aku segera turun dari motor Dylan yang tak bisa di katakan pendek, dan di saat aku hendak memasuki toko buku tersebut Dylan malah mengikutiku.
"Lah, lo ngapai?" tanyaku dengan kedua alis yang berkerut bingung.
"Ya mau ikut masuk lah," jawab Dylan dengan santainya.
"Biar gue sendiri aja, lo tunggu di parkiran aja elah," tolakku tak mau merepotkan Dylan lebih banyak lagi.
"Enak aja! dikira gue kang ojek apa yang pake di suruh nunggu di parkiran segala, gue mau ikut masuk nemenin lo, ntar lo di gangguin sama cowok di dalam toko ini kan bahaya," sergah Dylan bersikeras untuk tetap ikut masuk bersamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontra Kita || END
أدب المراهقينKukira jatuh cinta itu indah dan mudah, namun kenyataanya salah. Aku malah terjebak dalam hubungan percintaan kusendiri, telah mencoba mencari kesana-kemari tuk mendapati laki-laki yang tepat tuk mengisi ke kosongan hati. Beberapa pria telah kutemui...