Kita ; di pertemukan tapi tidak di persatukan. Menyayangi tapi tidak di sayangi. Salam kenal yang berakhir selamat tinggal.
~Inaya Elara Araby
Dylan terlihat terkejut dengan perkataanku, sama halnya dengan Raka yang mungkin belum mempersipkan diri untuk mendengar jawab dari ku.
"Gue gak bisa ka, maaf," sambungku menatap kedua mata Raka sendu, di mata itu tercetak jelas sebuah kesedihan yang dalam, namun sang empunya mata masih setia tersenyum.
"Gue bingung Ka, gue gak bisa milih antara sang pencipta yang udah mencintai gue dari lahir dan lo yang baru aja naburin rasa suka,"
"Waktu itu lo pernah berdoakan supaya di pertemukan dengan orang yang terbaik? dan... gue bukan orangnya Ka, lo pasti bakal nemuin orang terbaik itu, gak tau kapan tepatnya, tapi pasti akan datang, "
Hatiku benar benar di landa duka, Raka adalah orang yang baik dan menolak cintanya membuatku merasa sangat bersalah.
Aku hanya ingin menjadi teman baik yang selalu ada di saat Raka membutuhkan, namun rasa yang tak bersalah itu tumbuh di antara kami berdua dan membuatku harus berjarak dengan Raka.
"Gue seneng bisa kenal sama lo, lo baik, periang, lucu juga tampan. And my role is only to be your friend not girlfriend. "
"Maafin gue Raka," lirihku tak sangup melihat senyuman Raka luntur dan mengakui kenyataan bahwa aku lah pelakunya.
"i'ts okay Ra, Dekat sama lo aja udah buat gue bahagia kok, jangan ngerasa bersalah ya Ra, lo punya hak untuk memutuskan," jawab Raka setia dengan senyumnya.
Dylan yang tadinya merasa panas karena tak menyangka bahwa Raka juga menyukai Ara, kini mulai merasa lega karena sudah pasti dia lah yang Ara pilih.
Dengan percaya diri Dylan ikut berdiri dan mendekat ke tempat Ara dan Raka, tak lupa ia melemparkan tatapan mengejek pada Raka karena telah kalah dalam pertarungan tuk merebut hati Ara.
"Dan lo Dylan, maaf gue juga gak bisa nerima ajakan lo buat pacaran. Saran gue lo selesaiin dulu masalah lo sama Metta sebelum lo cari pengantinya, " jelasku tak bisa di terima Dylan.
"Tapi Metta itu buk--"
"Gue tau Metta itu bukan siapa-siapa lo, tapi dengan adanya dia yang gak bisa nerima lo bahagia sama perempuan lain, adalah penghambat buat lo Dylan,"
tuturku menyela ucapan Dylan dan membuatnya terdiam."Gue seneng bisa kenal kalian, kalian pasti juga ngerasain hal yang sama kan? bahkan sangking senangnya kalian sampai suka sama gue, gue gak bisa milih salah-satu dari kalian, karena kita bertiga itukan temenan,"
"Kalau gue milih satu di antara kalian berdua, pasti salah satu dari kalian bakal pergi dan berjarak karna gue, gue gak mau kalian musuhan karna gue, gue gak mau jadi perusak dalam hubungan petemanan kalian," jelasku menyuarakan perasaan yang berkecamuk semalam di benakku.
"Gue banyak belajar dari kalian, mulai dari Raka yang selalu senyum di setiap situasi dan Dylan yang kepedeannya gak tertandingi. Gue pernah nyoba kaya Raka yang selalu senyum, tapi gue gak bisa bohong sama keadaan, gue juga pernah nyoba buat sepede Dylan, tapi ujung-ujungnya malah malu sendiri, dan yah pada akhirnya gue harus jadi diri sendiri," tambahku sembari tertawa hambar.
"So makasih buat semuanya ya, gue gak akan lupaian kalian berdua tapi gue harus menjauh untuk kebaikan kita bersma. Kita perlu lupa untuk bahagia, bukan untuk saling melupakan, melainkan lupa akan rasa yang pernah ada di antara kita," sambungku mengengam tangan Dylan dan Raka sembari tersenyum getir menatap keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontra Kita || END
Teen FictionKukira jatuh cinta itu indah dan mudah, namun kenyataanya salah. Aku malah terjebak dalam hubungan percintaan kusendiri, telah mencoba mencari kesana-kemari tuk mendapati laki-laki yang tepat tuk mengisi ke kosongan hati. Beberapa pria telah kutemui...