Part 07

64 39 24
                                    


Kalau nge video call aja gak ada nyalai, gausah sok-sokan mainin hati ini deh!
~Inaya Araby Elara






Berminggu-minggu berlalu tak terasa. Aldo berlagak bak orang asing setelah aku memutuskan hubungan kami.

Dan aku sama sekali tak perduli akan perubahan sikapnya itu, tak jarang Aldo juga akan salah tingkah atau lebih tepatnya kaku saat tak sengaja kami melakukan kontak mata atau berpas-pasan di kelas.

Aku terlalu malas memperduli kan orang yang sangat tak jelas seperti Aldo. Aku menerapkan pada diri ku sendiri, bahwa hubungan yang tak sengaja ku jalani bersama Aldo hanya sebatas cinta monyet.

Di tambah lagi akhir-akhir ini aku harus menghadapi kebucinan Byla yang semakin menjadi karna pacar onlinenya yang tak pernah Byla temui.

Sosok laki-laki yang tak pernah Byla lihat langsung rupanya berhasil membuat Byla jatuh hati dan baper tanpa henti.

Miris rasanya melihat Byla bahagia dan kesem-sem saat mendapat pesan dari pacarnya, aku seolah melihat Byla jatuh cinta pada ketikan bukan wujud dari laki-laki yang ia kenali seminggu ini.

Tak kenal lelah aku selalu mengingatkan Byla agar selalu waspada dan tetap menjaga perasaanya agar tak terlalu berharap pada laki-laki tersebut, entah lah aku hanya merasa khawatir jika nantinya Byla di permainkan saat sedang sayang-sayangnya.

Yang membuat ku semakin kesal adalah saat sedang kasmaran Byla akan menjadi tuli dan tak perduli jika di beri nasihat, huhftt.

Saat ini aku sedang berada di ruang tengah rumah ku, beberapa waktu lalu Ayah memangil dan meminta ku untuk menunggu sebentar.

Tak lama Ayah datang lalu duduk tepat di sofa yang terletak di depan ku, aku langsung berfokus pada Ayah yang ternyata sedang menatap ku jua.

"Ayah mendaftarkan Ara les, maaf karna gak sempat kasih tau Ara. Ayah sudah mengurus berbagai bentuk pembayaran, kalau Ara mau besok pun udah bisa mulai masuk lesnya. " Tutur Ayah tak bisa langsung ku jawab.

Aku sempat terdiam tuk beberapa waktu, lalu ku tampilkan seulas senyuman sembari menatap Ayah
"Iya Yah, Ara mau kok. "

"Bagus kalau begitu. " Balas Ayah sembari tersenyum lega saat aku menerima pintanya tanpa bantah.

"Eum kalau gitu Ara masuk kamar dulu ya. " Pamit ku segera memasuki kamar setalah mendapat jawaban 'iya' dari Ayah.

Ku duduki bangku di depan meja rias, pikiran ku melayang antara keluar atau tidak dari ekstakulikuler osis. Pasalnya aku sadar aku pasti akan lelah jika masih terus mengikuti kegiatan osis setelah aku masuk les.

Walau berat harus tetap aku lakukan. Aku jadi merasa tak enak kepada Melvin, selama bergabung dalam osis ia sering kali membantu ku ini-itu.

Tapi dari pada kelelahan dan berakhir menyusahkan Melvin, lebih baik aku mengundurkan diri dari jabatan ku yang telah ku raih dari kelas sepuluh.

Dering handpone terdengar begitu nyaringa di telinga, tanpa berlama-lama aku segera mengangkat panggilan telepon tersebut setelah membaca nama penelepon.

Kontra Kita || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang