Part 35

8 7 0
                                    


Rindu tanpa diberitahu, juga tetap rindukan? Cinta tanpa dikatakan, juga tetap cintakan? Lantas apa masalahnya jika aku memilih diam?
~Haris Clark Laurence


Sore itu Ara tak tau, ada rasa yang lain selain rasa jengkel di ruangan yang ia tinggalkan.

Haris punya rasa spesial untuk Ara, namun di saat Haris ingin memulai pendekatannya dengan Ara. Haris malah melihat sesatu yang tak seharunya ia lihat waktu itu.

Ara memang berkata tidak, namun Haris tau. Ara masih ragu dengan jawabanya sendiri di saat itu.

Maka karena itulah Haris di haruskan mengikhlaskan dari pada memperjuangkan yang tak seharunya ia perjuangkan.

Haris pasti bahagia melihat Ara bahagia, walau bahagia Ara tak bersamanya.

Lamunan Haris buyar tak kala seorang perempuan memasuki kelas itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Ara.

Seperti hari-hari biasanya Haris menyapa ku dengan senyumannya, aku pun membalas senyuman Haris agar ia tak merasa aku mengabaikannya.

"Gimana sekolahnya? " Tanya Haris terkesan basa-basi.

"Baik, tumben-tumbenan nanyain sekolah gue. Lo sendiri gimana? " Tanya ku balik sembari menduduki bangku yang terletak di sebelah Haris.

"Sama dong, sekolah gue juga baik-baik aja. " Jawab Haris ku tanggapi denggan anggukan.

"perasaan gue yang gak baik-baik aja Ra. "

Keheningan mulai menyapa aku dan Haris, dan tiba-tiba saja aku di buat kepikiran dengan ucapan Haris kemarin.

Sejujurnya aku sama sekali tak memiliki rasa apapun kepada Atala, namun karna ucapanny Haris aku jadi kepikiran dan mulai bertanya-tanya seorang diri.

Tapi memang saat aku bersentuhan dengan Atala aku merasakan jantung ku yang berdetak tak karuan, begitu juga dengan Atala.

Apa iya aku menyukai Atala? dan kami menyukai satu-sama yang lain? ah tidak, tidak mungkin.

Mungkin saja itu suatu kebetulan yang terjadi kepada kami berdua, yah mungkin penyebab utamanya adalah terkejut bukan jatuh cinta.

Karna memang sangat tak mungkin jika aku menyukai Atala sejak pandang pertama, dan kami juga baru dua kali bertemu, mana bisa aku menyukainya begitu saja.

Pelajaran di mulai, aku kembali menjalani hari-hari ku persis seperti biasanya.

Setelah siap mengerjakan tugas dan mendapat nilai, tak jarang aku beradu argumen dengan Haris seputar materi yang kami pelajari tadi.

Dan setelah waktu pulang tiba aku segera keluar dari kelas itu, aku menghentikan langkah saat aku di buat terpana oleh indahnya langit senja sore hari ini.

Aku mengalihkan pandangan ku melihat keramaian di lantai dasar, dan pandangan ku langsung di kunci oleh orang yang terlihat menyerupai Atala.

Ah bukan menyerupai, tapi orang itu benar-benar Atala. Ada keperluan apa Atala di sini? bukanya Haris bilang bahwa jam masuk aku dan Atala berselisih?

"Nah ketauan! lagi liatin Atala ya? cie-cie Ara. " Kedatangan Haris yang tiba-tiba membuat ku terlonjak kaget.

"Is apaan sih, gue tuh lagi liatin langit senja bukanya Atala. " Sarkas ku mengelak kebenaran, namun ya tau sendirikan aku bukan ahli dalam bohong-membohongi.

Kontra Kita || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang