Kini Revan dan teman-teman sedang berada dikantin, untuk mengisi energi mereka yg terkuras hebat karna pembelajaran matematika tadi.
Slurpp
Aldo menyeruput kuah baksonya dengan rakus, bahkan mangkuk nya sampai diangkat dan dialirkan kedalam mulut.
"Eh bangke! Pelan-pelan napa, kek gak pernah makan setaun aja lo!" Ujar Andre.
Aldo melirik sekilas dengan mangkuk yg masih dimulut nya.
"Mau pelan-pelan kek mau gak terserah gue lah napa jadi lo yg repot!?" Kata Aldo menatap Andre sinis.
"Heh! Bukan ape-ape ye, nih kuah lo pada netes anjirr!" Damprat Andre.
Saka menatap keduanya malas, ingin sekali dia menyumpal mulut mereka menggunakan kanebo kering tapi ia urungkan, sebab disini tak ada benda semacam itu.
"Sok rapih lo! Tinggal lap aja kok susah!"
Revan nampak menyapu pandangannya kepenjuru kantin, mencari seseorang namun tidak ditemukan. Ia mengambil ponselnya yg berada dimeja.
Menghidupkannya lalu membuka aplikasi untuk melacak keberadaan seseorang yg dia cari. Resha, dia tidak melihat gadis itu dikantin. Biasanya Resha akan makan dikantin bersama temannya. Tapi sekarang tidak.
Alis Revan berkerut melihat tanda berwarna merah itu tidak dalam area sekolah melainkan diluar sekolah. Ada apa dengan Resha hingga sampai keluar sekolah?
Revan tak bisa berfikir jernih, pikiran buruk memenuhi isi otaknya.
"Lo kemarin jadi ngapel ama Gia?" Tanya Aldo kepada Andre.
Gia, betul mengapa Revan tak menanyakan kepada Gia saja.
"Join kontak Gia!" Perintah Revan membuat semua menatap nya bingung.
"Buruan!!" Damprat Revan lalu segera Andre membuka ponselnya mencari kontak Gia, mengirimkannya kepada Revan.
Ting!
"Udah." Ucap Andre.
Ketiga nya saling bertatapan, wajah Revan begitu menyiratkan kehawatiran.
"Hallo maaf ini--" Panggilan tersambung.
"Gue Revan. Resha mana?" Tanya Revan ToThePoint.
"Emm Re-reshaa--" Gelagat Gia membuat Revan semakin yakin jika terjadi sesuatu dengan wanita itu.
"Jawab!" Bentak Revan.
"Resha pergi dari sekolah, tadi ada sedikit masalah. Tapi gue gak tau dia pergi kemana." Jelas Gia hati-hati.
"Sial!" Umpat Revan lalu segera mematikan telfon nya.
Melihat Revan yg sepertinya akan beranjak Saka melontarkan pertanyaan.
"Mau kemana lo?"
"Cari Resha." Jawabnya langsung buru-buru pergi.
"Emang Resha kemana?" Tanya Andre, bingung.
Aldo mengendikan bahunya.
"Kayak nya terjadi sesuatu sama Resha, gak mungkin Revan bisa sepanik itu." Kata Saka. "Coba lo tanya Gia." Lanjutnya.
Andre mengangguk.
Tinn tinn!
Revan membunyikan klakson mobilnya dengan keras, menyuruh pak satpam membukanya. Gerbang terbuka, dengan kecepatan tinggi Revan melajukan mobilnya.
Memasang earphone menghubungi Bimo.
"Hallo Tuan ada yg bisa saya bantu?" Tanya Bimo disebrang sana.
"Tolong handle meeting nanti siang, saya tidak bisa menghadiri nya." Ucap Revan langsung memutus sambungan.
Kembali melihat aplikasi pelacak Resha.
"Anjingg!" Umpatnya melihat Resha sudah tidak terdeteksi. Ada dua kemungkinan, mungkin ponsel Resha mati atau terjadi sesuatu pada Resha.
Langit mulai gelap, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Pikirannya berputar keras mencari dimana kemungkinan Resha berada.
Revan mengingat sesuatu, memutar stir melajukannya ketempat yg biasanya dikunjungi Resha ketika sedang ada masalah.
_ _ _
Seorang gadis tengah duduk ditengah-tengah taman, membelakangi air mancur menatap kosong kedepan.
Keadaan nya tidak bisa dibilang baik, seragam putih abu-abunya yg sudah kusut ditambah wajahnya yg terdapat bekas aliran air mata.
"Gue bego!" Gumam Resha tanpa ekspresi.
"Kenapa gue bisa umpetin itu semua dari sahabat gue!" Air matanya perlahan mengalir disertai air hujan yg turun.
"Gue nyesel! Gue nyesell." Teriak Resha meluapkan keluh kesahnya.
"Lo ngapain disini?!" Seorang lelaki datang dengan tangannya yg memegang payung.
"Lo gak liat ini hujan hah?! Apa lo gak mikir, lo bisa aja sakit karna INI! Bentak Revan.
Resha mendongak menatap Revan, hatinya sakit mendengar bentakan Revan. Dia paling tidak bisa dibentak.
"Iya! GUE EMANG BODOH GUE GAK PERNAH MIKIR KALO MAU LAKUIN SESUATU!! GUE EMANG BODOH!!" Teriak Resha dibarengi dengan air mata yg semakin deras mengucur.
Revan tercengang mendengar respon Resha, bukan ini maksudnya, dan ia tidak sengaja membentak Resha karna terlalu khawatir terhadap gadis itu.
Tangis Resha semakin histeris dengan dirinya yg terduduk direrumputan. Revan dengan sigap memeluk tubuh kecil Resha.
Hatinya tersayat melihat Resha menangis.
"Maaff, gue gak sengaja bentak lo." Ucap Revan.
"Maaff." Kata itu terus keluar dari bibir Revan.
Merasa Resha yg sudah mulai tenang, "Kita pulang yukk, ntar kamu sakit. Ujannya juga tambah gede." Tutur Revan membantu Resha berdiri.
Tanpa menjawab Resha mengikuti sang suami yg menuntunya berjalan menuju mobil.
Brakk
Dengan segera Revan melajukan mobilnya membelah jalanan yg nampak licin itu karna hujan.
_ _ _
Skip dalam kamar.
Revan menududukan tubuh mungil Resha disofa kamarnya. Dibelakangnya sudah ada dua maids.
"Kamu ganti baju dulu yaa, aku tinggal sebentar." Ucap Revan tersenyum mengelus rambut basah Resha. Sang empu mengangguk.
"Tolong bantu Nyonya untuk ganti baju, dan beri dia teh hangat agar tubuhnya tidak menggigil." Perintah Revan pada dua maids tersebut.
"Baik Tuan." Maid tersebut mengangguk faham. Segera Revan melangkahkan kakinya keluar.
Mengapa tidak Revan saja yg menggantikannya? Dia takut khilaf.
_ _ _
Iya tau kok ini pendek
Jangan lupa tinggalkan jejak!!
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT BABY[SLOW UP]
Teen FictionHARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Revisi kalo udah END! _ Seorang gadis mungil namun memiliki paras yg menawan harus menerima Kenyataan bahwa dirinya akan dijodohkan dengan seorang lelaki yg selalu membuat kehidupannya disekolah terusik! Ya, Resh...