ChapterEmpatBelas

3.9K 199 3
                                    

Kini Revan dan Resha tengah mengemasi barang-barang mereka. Tadi, setelah sarapan mereka bergegas pulang dengan alasan mengemasi barang. Rencananya mereka akan pindah kerumah baru mereka besok.

Dan masalah honeymoon, pihak keluarga menyerahkan semua keputusan kepada Resha dan Revan. Tentu saja itu membuat Resha lega, karna ia pun belum siap untuk itu.

Bughh

Resha menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Merasa lelah karna sudah hampir dua jam ia mondar mandir mengambil barang dan menaruhnya dikoper. Sudah ada dua koper berukuran jumbo yg terisi dengan berbagai barang Resha.

Revan menautkan alisnya, seberapa banyak kah barang Resha, hingga menghabiskan dua koper yg tidak bisa dibilang kecil itu.

Padahal ia hanya menghabiskan satu koper saja. Itupun tidak sampai penuh.

"Huhh, capek juga ternyata." Kata Resha kembali duduk.

Menatap meja rias nya yg masih terisi berbagai make up dan teman-temannya. Itu artinya pekerjaannya belum selesai.

Revan kembali mendongak kala mendengar dentingan beberapa benda yg saling beradu. Revan memutar bola matanya malas, ternyata Resha masih belum selesai juga.

Dia mendekat lalu menarik pergelangan tangan sang istri. Merasa tangannya ditarik Resha menoleh, memberontak minta dilepaskan.

"Ish apa'an si! Lepasin gak?! Gue gigit nih." Ancam Resha. Namun Revan tetap menarik tangannya, tak perduli dengan ancaman Resha.

Revan melepaskan genggamannya, mendudukan Resha dipinggiran ranjang.

"Apa si?!" Tanya Resha sewot.

"Mau sampe berapa kotak yg mau lo bawa?" Tanya balik Revan menatap iris hitam Resha.

"Lah napa? Masalah buat lo?!" Revan menghembuskan nafasnya, ternyata Resha tidak peka dengan maksudnya.

Tapi itu lebih baik, daripada nanti dia akan menjadi sombong.

"Udah kita langsung jalan aja, nanti biar pelayan aja yg beresin." Tandas Revan.

"Ih gak ya!" Tolak Resha, detik berikutnya ia tersenyum sinis melirik Revan. "Hmm lo takut gue kecapean ya? Ngaku lo?!"

Revan gelagapan tapi ia tetap mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap datar. Memang benar, ia takut istrinya itu kecapean, tapi ego mengalahkan segalanya.

"Gue? Buat apa..gak guna." Ucap Revan pedas membuat Resha memanyunkan bibirnya.

"Punya suami gak perhatian amat yatuhan." Gumam Resha masih bisa didengar Revan.

Revan tersenyum tipis, sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat.

"Buruan, gue tunggu satu menit dimobil kalo gak gue tinggal." Kata Revan berlalu pergi.

Sontak ucapan Revan tersebut membuat Resha langsung berlari keluar mengejar punggung lebar sang suami.

Hoamm...

Lagi, entah sudah keberapa kalinya Resha terus menguap. Membuat Revan risih sendiri. Bukan apa-apa pasalnya Resha tidak menutup mulutnya ketika menguap tadi.

Kini mereka sudah berada didalam mobil sport hitam Revan. Dengan diikuti mobil lain dibelakang, yg membawa barang-barang mereka.

Pukk

Kepala Resha jatuh mengenai pundak Revan. Reflek ia menengok menemukan Resha yg menutup matanya dengan mulut yg sedikit terbuka.

Revan tersenyum geli melihat wajah lucu nan damai Resha ketika tidur. Berbeda ketika dia bangun.

Dengan cepat Revan memelankan laju mobilnya agar Resha tak merasa terganggu. Sedikit mengelus punggung tangan Resha.

Kini mobil sudah berhenti didepan mension yg terlihat sangat megah itu yg tak lain adalah mension yg akan mereka tempati. Sudah banyak maid yg berjejer didepan pintu utama untuk menyambut datangnya sang tuan dan nyonya nya.

Tidak ada tanda-tanda Resha akan terbangun segera Revan turun memutari mobil lalu membuka pintu penumpang, menggendong Resha dengan hati-hati.

Semua maid menunduk sopan kala Revan melewati mereka.

Revan meletakkan tubuh mungil Resha keatas ranjang kamar mereka. Menyelimutinya sebatas pinggang, lalu beralih mengatur AC agar normal.

Tokk tokk tok

Bunyi ketukan pintu membuat Revan mengalihkan pandangannya.

"Masuk."

Datanglah pria berjas hitam yg membawa beberapa map dan juga kertas. Umurnya kira-kira sekitar 25 tahunan.

"Permisi tuan, ini ada beberapa laporan yg harus anda cek." Ucap pria tersebut yg bernama Bimo.

Bimo adalah ajudan kepercayaan Revan. Ia yg melatih Revan untuk bisa memimpin perusahaan.

Dan jadilah sekarang Revan memimpin salah satu perusahaan besar diindonesia.

"Ya, akan saya lakukan nanti. Saya berniat beristirahat siang ini." Ucap Revan.

"Baiklah tuan, selamat beristirahat. Kalau begitu saya permisi." Pamit Bimo menunduk Revan pun mengangguk.

Segera Revan berbaring disebelah Resha menyusul sang istri kedalam alam mimpinya.

_ _ _

Seorang perempuan yg mengenakan dress selutut berwarna merah itu menatap lurus kearah balkon apartemen nya. Menampakkan kerlap kerlip lampu ibu kota yg nampak indah itu.

"Lo tega." Satu tetes air mata jatuh mengenai pipi mulusnya.

"LO TEGA ARGHH." Berontak gadis itu melempar vas bunga yg berada dipinggirnya, hingga pecah tak terbentuk.

Air mata gadis itu terus mengalir. Hingga membawa nya kedepan nakas mengambil satu buah bingkai foto yg didalam nya terdapat tiga orang remaja yg tersenyum ceria kedepan kamera.

Memegangnya dengan tangan yg bergetar.

"Kenapa lo lakuin ini! Kenapa kalian nutupin semua ini dari gue!" Ucap nya meremas bingkai tersebut.

"Ternyata persahabatan kita gak ada artinya selama ini, sampe kalian nutupin ini semua dari gue!!"

Prangg

Lagi, gadis itu melempar bingkai tersebut hingga pecah berkeping-keping, mengambil foto yg berada didalamnya lalu merobeknya.

"Gue BENCI KALIAN!" Teriak gadis itu terduduk lemas dengan air mata yg tidak berhenti keluar.

Untuk sekarang, ia membenci kedua sahabatnya. Ia kecewa sangat kecewa. Mungkin jika mereka memberitahu nya dari awal ia akan memaklumi tapi ini? Seakan semuanya tak berarti.

_ _ _

Hai gusyy apa kabar?
Lama gak ketemu:)
Akhirnya bisa update juga setelah Sekian lama.
Ada yg bisa nebak siapa gadis itu??

Berharap masih ada yg bacaa; v
Maafkeun Alur yg gak nentu📌

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!!

PERFECT BABY[SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang