21☽ flashback

2.2K 416 6
                                    

18 Juni, 2002

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

18 Juni, 2002.

Setiap pagi, Junmyeon selalu mengantarkan putranya ke taman kanak-kanak untuk belajar. Kim Junkyu. Putra kecilnya yang pemberani dan selalu berusaha ketika ia merasa kesulitan dalam belajar. Bagi Junmyeon, Junkyu adalah sumber semangatnya.

"Sudah membawa bekalmu?" tanya Junmyeon seraya melepaskan sabuk pengaman pada tubuh Junkyu.

Anak laki-laki berusia lima tahun itu mengangguk dengan antusias. Sebelum berangkat, Ibunya membuatkan bekal nasi kesukaannya. Tentu saja Junkyu senang, sebab Ibunya selalu tahu makanan apapun yang ia suka.

"Ayah, apa hari ini Ayah tidak bisa menjemput Junkyu lagi?"

Junmyeon mengangguk, mengusap surai hitam pekat milik putranya penuh kasih. "Maaf, Junkyu. Ayah memiliki urusan penting dan tidak bisa menjemput mu pulang. Nanti, kamu pulang bersama Ibu, ya?"

Junkyu menghela nafasnya, kesal dengan sang Ayah yang tidak pernah menjemputnya pulang akhir-akhir ini. Padahal Junkyu sangat ingin dijemput pulang oleh Ayahnya seperti teman-temannya yang lain.

"Ya sudah, Junkyu masuk dulu. Dadah, Ayah!"

Dengan mengerucutkan bibirnya, Junkyu keluar dari mobil Junmyeon. Memperhatikan kakinya agar tidak terjatuh lalu kembali menutup pintu.

"Semangat belajarnya, Kim Junkyu!" Junmyeon berseru. Junkyu yang mendengar seruan itu hanya melempar seulas senyum, melambaikan tangannya yang mungil kearah Junmyeon dan kembali melangkahkan kakinya seraya memeluk tas punggungnya.

Junmyeon terkekeh kecil melihatnya. Langsung saja ia mengendarai mobilnya menuju kantornya karena ia memiliki urusan penting seperti meeting dengan kliennya, serta mengurus beberapa berkas penting untuk ia tanda tangani.

Sesampainya di kantor, kedatangannya langsung disambut oleh sang sekretaris yang berdiri di depan lobby.

"Selamat pagi, tuan Kim Junmyeon."

"Pagi juga, Takata Hinada."

Setelahnya Junmyeon melangkah seraya merangkul punggung Hinada. Kerabat dekatnya sejak mereka masih duduk di bangku sekolah. Tak heran mereka sedekat ini. Bahkan para karyawan sudah biasa melihat interaksi diantara atasan mereka dan sekretarisnya. Terkadang ada beberapa orang yang tidak menyukai keberadaan Hinada.

Kurang lebih, seperti itulah keseharian Kim Junmyeon.

Disaat ia sibuk mengurus pekerjaannya, Hinada selalu ada menemaninya. Menurutnya, Hinada tidak pernah berubah sejak dulu. Walaupun hubungan mereka telah lama berakhir, Junmyeon masih tetap saja menaruh perasaan kepada perempuan berdarah Jepang tersebut.

Meski ia sadar bahwa ia sudah berkeluarga dan memiliki satu orang putra yang sangat ia banggakan.

☭.

Desire +Junshiho ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang