15. Cerita Kita (1)

2.5K 290 147
                                    

Suara serak khas Cakra Khan memenuhi ruang makan apartemen Nova dan Farah. Tembang Jujur Aku Tak Sanggup karya Maia Estianty itu sudah enam, ralat delapan kali diputar oleh Diah. Ia duduk di kursi meja makan sambil melamun memandangi alas meja makan bergambar mawar merah.

Sejak surat permohonan pemindahan tempat kerja Diah telah disetujui dua bulan lalu ke tempat kerja yang sama dengan Nova, kini ia tinggal sementara di apartemen Nova sambil menunggu proses sewa apartemen yang akan ia tempati, masih satu gedung dengan milik Nova dan Farah.

Keinginan yang ia impikan untuk tinggal bersama dengan Dwi kini pupus sudah, apartemen yang sengaja Dwi persiapkan untuk mereka berdua, kini tidak bisa Diah tempati karena kebodohan yang ia lakukan sendiri. Padahal Dwi sudah mengisi apartemen dengan lengkap, tapi sayang, semua berubah sejak negara api menyerang.

Mimpi yang sering Diah impikan terwujud kini hanya menjadi mimpi, lebih tepatnya kenangan, karena tidak akan ada lagi mimpinya yang ingin dibangunkan oleh Dwi saat tidur, dibuatkan sarapan oleh Dwi, pergi mengantar kekasihnya ke bandara, berjalan bersama, bercumbu lalu bercinta. Repeat.

Semua hanya bisa ia bayangkan dalam pikirannya sendiri.

Setelah Diah diputuskan oleh Dwi, Diah mencoba untuk menjalin hubungan baru dengan orang baru, namun sayang rasanya tidak seindah saat-saat bersama dengan Dwi. Semua yang hadir karena uang, mengingat pekerjaan Diah yang memang tak biasa dan spesial dalam hal hinorarium.

Kalaupun tidak karena uang, Diah terpaksa harus meninggalkan mereka karena terlalu manja, tidak bisa memuaskannya secara fisik dan batin, atau karena terlalu cerewet meminta ini itu. Lalu saat sendiri seperti ini, ia baru menyadari betapa berharganya Dwi.

Diah merogo saku celananya, ia ambil rokok dan mancis, saat akan menyalakannya, tangannya terhenti karena mengingat ada Seruni di apartemen Nova, ia tidak mungkin merusak paru-paru anak yang baru berusia 18 bulan itu, karena dia harus berurusan dengan amukan Farah nantinya.

"Sekali lo ngerokok di dalam ruangan, gue giling lo ya, Dee."

Diah bergidik ngeri saat ucapan dan ekspresi Farah terlintas kembali di pikirannya.

"Di balkon aja, jangan di sini." Nova datang dari kamar, entah setelah menidurkan Seruni atau meniduri Farah.

Diah tak menjawab, ia hanya mengangguk sambil melihat Nova yang sedang membuka kulkas dan mengambil dua kaleng minuman.

Mereka kini berjalan menuju balkon, Nova meletakkan dua kaleng minuman soda lalu duduk di kursi. Begitupun Diah yang kini juga ikut duduk setelah meletakkan ponselnya di atas meja. Diah segera menyalakan rokok dan langsung menghisapnya.

Kini lagu terputar untuk ke sembilan kalinya, masih lagu yang sama. Nova melirik sekilas lalu menghela nafas. Ia meneguk minuman soda kaleng yang ia bawa, dan ikut memandang suasana kota dari atas pada malam hari.

"Matiin aja lagunya. Ganggu," Ucap Nova lalu meneguk kembali minumannya.

Diah faham kalau sahabatnya akan mengajaknya berbicara, atau mungkin ingin memakinya? Ia matikan ponselnya dan meletakkan kembali di atas meja.

Kini keduanya sama-sama merasakan hembusan angin yang tenang, samar-samar suara klakson kendaraan, suara daun yang saling bergesekan, dan sesekali terdengar suara bincang dan tawa dari balkon apartemen sebelah.

"Gue rasanya pingin banget mukulin wajah lo, Dee." Nova memutar kaleng minumannya sambil melihat langit.

Diah tersenyum tipis sambil memandang langit yang sama. Sejak kejadian putusnya hubungan mereka, baru ini Nova bersuara dan mengajaknya berbicara. Diah sadar, betapa sahabatnya itu sangat marah dengannya.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang