The Two Hurts - 29

2.9K 263 423
                                    

"Capek?"

Hanna mengangguk, nafas terengah dengan cucuran keringat hampir di sekujur tubuh. Tertidur lemah di atas kasur dengan tangan terbentang. Matanya terpejam, tangan kanannya menutupi dahi, urat lehernya terlihat jelas berbalut bulir keringat yang mengaliri. Rambut hitam panjangnya menyerak indah, kontras dengan warna putih bedcover yang menyelimuti kasur.

Wajah Siska menyungging senyum, menggigit gemas bibirnya ke dalam karena ekspresi lelah wanitanya. Ia berjalan mendekati kasur, duduk di tepian, tepat di sebelah Hanna terbaring lemas.

Siska menarik lembut tangan Hanna. "Segitu capeknya? Hm?" tanyanya dengan senyum tertahan.

Ia menatap detail wajah makhluk Tuhan paling seksi yang terpantul cahaya lampu tidur keemasan, dan diantara itu semua, Siska sangat menyukai alis mata Hanna. Meski tipis, tapi membentuk garis lurus yang indah.

Rasanya pingin gue cabutin satu-satu alisnya. Siska terkikik di dalam hati.

Hanna membuka mata, menatap Siska dengan senyum tipis yang mampu membuat Siska sakit gigi saat melihatnya.

"Apa?" tanya Hanna dengan nada tenang dan tulang pipi bersemu merah, senyum itu belum hilang dari wajahnya.

Siska mendekati wajah Hanna, mengecup singkat alis mata Hanna, membuat wajah Hanna menghangat, andai Siska tahu betapa ingin Hanna menjerit 'yaaaaaaaaa' sambil menghentak kaki karena begitu senang dengan apa yang baru terjadi satu jam lalu.

"Mau aku pijatin badannya?" tanya Siska dengan posisi masih setengah menindih Hanna.

Kedua alis Hanna terangkat, memandang Siska tak percaya.

"Kenapa? Kok gitu sih ekspresinya?" Siska tak terima dipandang seperti itu.

"Yakin pijitin doang?"

Siska tertawa. "Bilang aja kamu yang mau plus-plusnya. Ya kan?"

"Nggaklah." elak Hanna dengan wajah bersemu merah.

"Ck. Iya juga nggak apa loh."

"Mulai." Hanna mendorong dahi Siska hingga ikut terbaring di sebelahnya. Rasanya ia tidak bisa berhenti tersenyum. Gini ya rasanya jatuh cinta itu?

Keduanya memandang langit-langit kamar dengan senyum dan nafas lega. Mata yang menyiratkan bahagia, mengulang momen manis satu jam lalu saat di pelataran rumah, dan berakhir dengan lelah di kamar ini.

"Lagi mikirin apa?" tanya Hanna memecah hening.

"Mikirin kamu."

"Hm. Udah pinter ya."

"Pinter apa?"

"Pinter gombal."

Siska menoleh dengan dengus tawa. "Emang iya kok."

Bibir Hanna menyungging senyum, matanya masih asik menatap langit-langit kamar, membuat Siska ikut kembali melihat ke atas.

"Sis."

"Iya?"

"Kenapa kamu kasih kesempatan ke Nastiti kemarin?"

Siska tak langsung menjawab. Memorinya mengantarkan pada pertemuan dengan Nastiti beberapa hari lalu. Tak butuh waktu lama baginya untuk mengetahui alasan mengapa dia melakukan hal itu. Ia menghela nafas, menyilang kedua tangan di bawah kepala sebagai bantalan.

"Kita mulai dari nol ya, Mba," jawab Siska singkat.

Dahi Hanna berkerut, lantas menoleh sambil mengumpat ini anak ngomong apaan sih? Kumat deh.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang