Siska tidak menyangka jika kebahagiaannya harus lenyap dalam hitungan detik. Hidup dalam kepalsuan, selalu berusaha untuk terlihat bahagia dengan siapapun, entah itu dengan lelucon receh-nya, lawakan bodohnya, atau tawa yang berhasil ia tunjukkan dalam drama bertahun-tahun lamanya.
Hidup sendiri tanpa memiliki siapapun, satu sisi hatinya hampir lupa tentang air mata dan bagaimana caranya menangis. Alam sadarnya seolah sudah mengatur hanya untuk mengeluarkan satu emosi setelah ditinggal oleh keluarga dekatnya. Sesakit apapun yang ia rasakan, seperih apapun hidup yang sedang ia jalani, ia hanya cukup tertawa untuk melupakannya bukan?
Drama itu berhasil ia jalani tanpa cacat, Siska Audrey berhasil dikenal sebagai yang selalu mampu menghadirkan tawa dan membuat suasana semakin meriah, tanpa ada yang tahu betapa dingin hatinya saat itu, tangan yang selalu terasa kosong, dan betapa kesepian hari-harinya selama ini.
Hingga akhirnya ia menemukan setitik cahaya menghadirkan kehangatan pada sepasang kornea yang tanpa sengaja ia temui di tangga Cafe milik Haikal saat itu, pertemuan pertama yang terasa biasa bagi beberapa orang tapi tidak bagi Siska.
Suara yang menghangatkan telinga Siska meski terdengar dingin, tatapan yang meneduhkan ketika saling menyadari siapa sosok dibalik telpon itu meski sepintas terlihat tajam, lalu sentuhan tangan yang tanpa sengaja saat saling mengembalikan ponsel, setiap hal yang ia terima serasa mengisi kekosongan indera-nya selama ini, lalu perlahan menjalar ke hatinya.
Siska langsung tertarik dan jatuh hati pada Hanna.
Sebut saja hal itu terlalu cepat, namun hari-hari yang ia lewati selama mengejar Hanna ternyata memberikan jawaban tentang alasan mengapa Hanna bisa menjeratnya begitu cepat. Sebuah kenyataan yang semakin ingin membuat Siska ingin terus mendampingi Hanna, bahwa Hanna juga merasa kesepian.
Seperti sebuah gelas yang sama-sama masih terisi setengah, maka Siska berharap kehadirannya bagi Hanna bisa mengisi sebagian gelasnya yang kosong, ataupun sebaliknya. Saling melengkapi, saling memahami, dan saling menyayangi.
Hati Siska selalu merasa terbaharui oleh hal-hal kecil yang Hanna lakukan. Ia tidak pernah menyangka bahwa difahami oleh satu orang saja di dunia ini ternyata sebahagia ini. Bagaimana pelukan Hanna menentramkan dirinya saat resah dan lelah, menyambutnya setiap pergi dan pulang, mengobrol hal-hal kecil dengan jemari saling bertaut sambil bersantai di ruang tengah, dan hal-hal lain yang tak disangka Siska ternyata bisa mewarnai hari-harinya.
Bahagianya bukan lagi drama, semuanya nyata, tentang perasaanya, tentang apa yang ia lihat, ia dengar, dan ia sentuh. Semua indera-nya bisa menerima itu, tanpa harus ada kepura-puraan.
Namun belum genap sebulan, takdir kembali mengujinya. Sebuah kenyataan yang berhasil merampas kebahagiaannya, hangus begitu saja seperti terbangun dari mimpi indah tepat saat mata terbuka.
Netra yang beberapa menit lalu memancarkan bahagia kini menatap nanar lantai ruangan. Warna kemerahan di lantai itu kini semakin terlihat memutih karena bening-bening air mata yang menutupi kornea. Bibirnya gemetar menahan diri untuk tidak menangis, namun sepertinya kali ini Siska akan gagal melakukannya.
Hanna menatap Siska yang masih terdiam sejak pengakuannya lima menit lalu. Bibirnya juga tak kalah gemetar saat ini, matanya memerah karena lelah menangisi takdir mereka, ia bahkan belum sempat merasakan hal manis lain bersama Siska, tapi takdir sudah harus memaksanya untuk mengecap pahitnya sebuah kenyataan.
Tangan mungil Hanna terangkat ragu, mengarah pada bahu wanita yang dikasihinya, rasanya ia ingin menarik wanita di sampingnya itu ke dalam pelukannya, tapi ia sadar bahwa pengakuannya lima menit lalu baru saja melukai hati Siska, bahkan mungkin saja menghancurkan hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Two Hurts (GxG - COMPLETE)
Romance[Terima kasih sebelumnya karena tidak memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun] Cerita ini lanjutan dari kisah Hanna dan Siska di judul The Two Hurts karya Awannis07. Warning : GxG Content, 18+ copyright @Juli 2020