13. 15 Lantai dalam Lift

2.7K 309 173
                                    

Ya ampun, aku terakhir update tanggal 14 Oktober 2020 ya?

Sekarang udah 2021? Baru setahun berarti..
Eh? 😂😂😂🙏🙏🙏

Makasi buat yang selalu setia menunggu, aku jadi malu, especially yang beneran nunggu sampai jam 01.00 kebangun, punteeen 🤭🙏

Selamat membaca ajalah yaa.. Siska resek di kepala, minta dikeluarin katanya 😁

°°°

Di kafetaria sebuah rumah sakit ternama di kota, suasana yang seharusnya riuh dan asik pada setiap meja makan sebab sudah masuknya jam makan siang, tapi tidak dengan satu meja makan ini.

Seorang pria sedang duduk menatap wanita yang tak menatapnya balik, justru hanya melihat secangkir teh manis hangat di depannya. Netranya mungkin sedang melihat ukiran pada cangkir keramik keabuan yang cukup tua usianya, (cukup unik karena cangkir seperti itu masih tersedia di kafetaris rumah sakit ternama) tapi pikirannya jelas bukan pada cangkir itu, wanita itu masih memikirkan setiap ucapan yang terlontar dari sang pria.

"Hann? Katakan sesuatu." Pria yang ternyata mantan suaminya itu mulai tidak sabar menunggu jawaban Hanna, sudah hampir enam puluh menit Hanna mendiamkannya, sibuk dengan perasaan dan pikirannya sendiri.

Hanna menghela panjang, netranya kini ia arahkan tepat pada pria berambut kecokelatan yang sejak tadi menjadi pusat perhatian pengunjung kantin.

"Pertama, kamu salah pilih tempat untuk membicarakan hal seperti ini. Kedua, saya sudah berulang kali mengatakan kalau saya nggak pernah mau membahas hal ini. Ketiga, berapa kalipun kita bahas, jawaban saya tetap sama, Rian."

"Tapi sesuai perjanjian saat sidang perceraian kita, Vani akan dibawa keluarga saya untuk diasuh. Aku yakin kamu faham alasannya, Hanna. Kamu nggak punya pilihan."

Hanna merasa kalah telak. Rian mengingatkan kembali tentang perjanjian yang pernah mereka buat saat sidang perceraian. Bagaimana mungkin ia bisa menandatangi surat perjanjian tanpa membacanya lebih dahulu.

"Seharusnya kamu menjelaskan lebih awal tentang isi perjanjiannya sebelum saya tanda tangani." Hanna mulai merasa tidak terima, pasalnya kala itu memang ia tidak sempat membaca isi perjanjian itu sebab harus membawa Vany yang sedang sekarat di dalam mobil.

Rian mengangkat kedua bahunya. "Surat perjanjian itu sudah aku kasih dua hari sebelum kita sidang, aku pikir itu cukup untuk kamu pelajari dengan benar." Rian masih tak peduli.

"Dan mengabaikan Vany yang hampir meninggal karena surat perjanjian bodoh itu?" Hanna berdecak kesal, ia palingkan wajahnya ke kanan sambil melipat kedua tangan di dada.

Dahi Rian berkerut. "Vany sekarat? Kenapa?" Rasa khawatir mulai mengganggu ketenangannya.

Hanna tersenyum sinis, wajahnya kembali menghadap Rian sambil sedikit mencondongkan badannya. "Sudah semakin jelas kan? Siapa yang paling faham dan layak merawat Vany?

Rian tak terima karena diremehkan, "Justru karena Vany sama kamu makanya dia sampai kayak gitu. Belum lagi kecelakaan fatal yang kamu lakukan beberapa tahun lalu, aku yakin kamu ke rumah sakit ini untuk melihatnya, kan?"

"Yang terpenting aku nggak lari, aku hadapi semuanya, meski harus diam-diam."

"Tapi itu juga bukan solusi, Hanna."

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang