11. Cerita Patah Hati

3.1K 332 266
                                    

Bacanya pelan-pelan yaa.. Udah lama nggak update ya kan? Pasti bingung untuk menyambungkannya lagi. 🤭

Happy reading..
Maaf kalau ada typo
Maaf kalau part nya ngebosenin 😁🙏

•••

"Kenapa lama banget?"

Amanda mengangkat wajahnya yang tertunduk lesu dan melihat Nastiti. Ia berusaha tersenyum meski hati menolak memberikannya. "Kita sarapan sekarang?"

Nastiti tersenyum. Ia tahu itu adalah kalimat pengalihan. Lalu senyuman di wajah itu, anak kecil juga bisa merasakan ada kepalsuan di dalamnya. Ia berjalan mendekati pintu, berniat membantu mengambil nampan yang Amanda pegang.

"Eh. Biar aku aja, Yang."

Nastiti menggeleng, ia bahkan masih bisa memberikan senyum menawannya untuk Amanda. "Kamu tutup pintu aja. Makanannya biar aku bantu bawa."

Amanda mengangguk, ia menutup pintu lalu mengikuti Nastiti yang berjalan dan duduk di atas tempat tidur.

"Kita makan di sini aja nggak apa, kan?" tanya Amanda setelah duduk tepat di hadapan Nastiti.

"Nggak apa. Nggak penting di mana, yang penting dengan siapa."

Laksana ujung pedang yang mengiris kulit dengan cepat, hati Amanda seperti baru saja menerima irisan pedang tajam itu. Sakit, tapi tidak berdarah. Ia hanya diam, tak mampu menjawab sebab suasana hati yang benar-benar tidak pas.

Bayangan Siska dan Hanna yang baru saja melakukan hubungan intim tadi malam, meski tanpa harus melihatnya, pikirannya mampu membuat adegan erotis itu dengan jelas dan panas. Terputar sangat apik di kepalanya.

"Kamu mau makan yang mana?"

Apalagi saat mata Amanda menangkap beberapa tanda merah di leher Hanna dan Siska. Entah apa yang terbayang di kepala Amanda. Satu hal yang pasti, ia tak rela hal itu telah terjadi.

"Amanda?"

Amanda menghela nafas, mencoba mengontrol diri agar tidak bertingkah di luar batas kewajaran.

"Amanda?"

Amanda seperti tersentak. Astaga gue lupa ada Nastiti.

"Kamu mikirin apa sih?"

Amanda segera menggeleng, ia mengambil roti yang sudah diberi selai cokelat dan langsung mengunyahnya.

Nastiti masih menunggu jawaban, matanya tak bisa lepas dari Amanda, tapi jangan ditanya bagaimana hatinya. Jika bisa ia melepasnya, maka ia tidak perlu merasa sehancur ini. Beban rasa sakit itu pasti hilang.

"Amanda?"

Amanda mendongak. "Hm?"

"Mikirin apa?"

"Nggak ada," jawabnya dengan mulut penuh makanan.

"Kerjaan?"

"Nggak. Kerjaan aku baik kok."

"Terus apa?"

"Nggak ada, Sayang."

"Wajah kamu nggak nunjukin kalau lagi baik-baik aja, Amanda."

"Nas. Aku baik-baik aja kok. Nggak ada hal penting yang aku pikirin."

"Bohong."

"Beneran."

"Mikirin apa?"

"Nggak ada, Sayang."

"Kerjaan?"

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang