17. My Beautiful Love

3.6K 331 237
                                    

Warning!!!
Bukan karena ada adegan orang gede yaa, dasar kalian. 😒

Ini Warning karena part ini menembus 5000an kata, awas eneeeg..
Wkwkwkw 😂🙏

°°°

Senyum Siska belum bisa hilang sejak Hanna menciumnya. Sepanjang perjalanan pulang, saat masuk ke apartemen Farah, lalu saat dia membersihkan diri dan berganti pakaian, sampai saat matanya akan terpejam pun ia masih tidak bisa menghilangkan senyum itu.

Sudah empat jam setelah ciuman itu terjadi, matanya juga masih belum terpejam. Ia masih terlalu dimabuk asmara karena ciuman Hanna terasa sangat hangat.

"Ciuman tadi mimpi atau nggak ya? Kalau nyata, sayang banget karena nggak dilanjutin." Gumamnya sendiri sambil tersipu penuh kegirangan di atas tempat tidur.

Pertanyaan itu terus terulang di benaknya. Bahkan untuk memastikan tentang kebenaran ciuman itu, entah sudah berapa kali Siska mengirimkan pesan kepada Hanna. Ia telungkupkan tubuhnya lalu menghujani Hanna dengan banyak pesan.

'Hann, ciuman tadi beneran, kan? Bukan mimpi?"  -Siska.

Awalnya Hanna tidak merasa terganggu sama sekali dengan pesan Siska itu, ia justru sempat hampir tersipu malu, mungkin sikap Siska yang malam ini sedikit berbeda dan lebih hangat, terasa seperti hujan di musim kemarau untuk hatinya.

"Sayang banget ya, Hann karena nggak dilanjutin. Wkwkwk."  -Siska

"Dasar makhluk mesum." Gumam Hanna yang sedang membaca pesan Siska tanpa membalasnya satu pun. Satu tangannya masih setia mengusap rambut Vany yang sudah tertidur pulas.

"Aku udah bisa panggil kamu Sayang dong ya? Atau aku panggil Bunda juga biar sama kayak Vany? Atau Bubun sayang? Duh demi apa aku gregetan Hann, eh sayang. 😆  -Siska.

Hanna melirik jam di sudut kiri atas layar ponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul 00.12, tapi timeline pesan teks whatsApp-nya masih memunculkan kata mengetik..., sepertinya Siska masih akan terus mengirimi ia pesan.

Hanna sepertinya sudah gila, ia rela menahan kantuknya demi menunggu pesan apa yang akan Siska kirimkan setelah ini. Padahal matanya terasa perih dan berat karena menangis hari ini. Anehnya lagi, ia hanya membaca semua pesan Siska tanpa membalas satupun, dan wanita di sudut bumi lain itu tetap saja tidak peduli, ia terus mengirimi pesan sambil membayangkan kalau Hanna sedang menunjukkan banyak ekspresi setiap membaca pesannya.

"Hann, ciuman tadi itu beneran kan? Itu artinya kamu nerima aku, kan? Sumpah, Hann aku masih belum percaya loh ini ah
(≧∇≦)/"  -Siska.

Hanna sepertinya mulai habis kesabaran. Pertanyaan ini entah sudah berapa kali Siska kirimkan, ia tidak masalah dengan ocehan Siska yang tak jelas, tapi ditanya terus-terusan dengan pertanyaan yang sama ternyata mampu membuat tensi Hanna naik.

"Sekali lagi kamu tanya ciuman tadi mimpi atau nyata, jangan harap saya akan hubungi kamu lagi." Akhirnya Hanna membalas pesan Siska.

Siska sama sekali tidak takut atau sedih, ia justru bahagia karena Hanna-nya tetap seperti yang ia kenal sejak pertama bertemu, setidaknya pertanyaan itu membuat Hanna membalas pesannya, meski terdengar sadis seperti biasa.

"Gitu dong dibalas".

"Hmm".

Siska terlihat berpikir, pesan apalagi yang ingin ia kirim untuk Hanna. Matanya melihat timeline Hanna masih menunjukkan online, pertanda Hanna masih di sana untuknya.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang