16. Cerita Kita (2)

2.7K 306 239
                                    

Warning!
4000 words loh ini, awas keblinger, aku nggak tanggung jawab!! 😂🙏

Happy reading 😊

°°°

Hanna masih sangat ingat kapan terakhir kali ia bertengkar hebat dengan Nastiti.

Tunggu.

Hanna sepertinya salah.

Mereka tidak pernah bertengkar sekalipun selama ini. Nastiti memperlakukan Hanna dengan sangat baik, begitupun Hanna, ia begitu menjaga sahabatnya sebab hanya Nastiti yang Hanna punya untuk mengerti dirinya, betapa Hanna sangat kesepian.

Maka untuk pertama kalinya mereka menangis bersama tersedu setelah saling meluapkan apa yang menjadi kekesalan mereka, apa yang menggelisahkan mereka, dan apa yang membuat sikap Hanna menjadi dingin. Nyatanya diantara mereka berempat, Hanna justru yang paling hangat dan manja, namun semua berubah karena rasa bersalah yang ia simpan kepada Nastiti.

Bagi Hanna, menjadi pribadi yang dingin adalah cara terbaik untuk menghukum dirinya. Sambil sesenggukan, Hanna tak putus mengucapkan kata maaf. Rasanya lega bisa mengatakan apa yang ia sembunyikan dari Nastiti selama ini, meski mereka tahu kalau jalannya sungguh tak mudah.

Nastiti juga masih terus menangis, ia tersedu memeluk lututnya sambil melihat Hanna yang terduduk di karpet tepat di depan sofa tempat Nastiti duduk. Bukan ia tak mau mengangkat Hanna untuk naik dan duduk bersama di sebelahnya, ia justru sudah lelah membujuk Hanna agar berhenti menangis seperti itu, karena yang Nastiti perlukan bukan permohonan maaf seperti ini, ia ingin mereka kembali hangat seperti dulu, tanpa menyimpan beban di pundak mereka.

"Maafin aku, Nas," Isak Hanna semakin kuat, badannya semakin menunduk karena merasa bersalah.

Nastiti menahan tubuh Hanna agar tidak semakin membungkuk. "Please, Hann. Kalau kamu mau aku maafin, bangun dan duduk di atas. Bukan kayak gini yang aku mau." Mohonnya dengan nafas satu-satu sebab lelah menangis.

"Tapi aku--

"Hanna lihat aku," Nastiti mengangkat wajah yang sembab dan penuh air mata itu, wajahnya terangkat tapi tidak dengan matanya yang masih menunduk karena rasa malu. "Aku bilang lihat aku."

Hanna menggeleng, membuat Nastiti menghela nafas lelah. "Kalau kamu nggak bangun dalam hitungan ketiga, aku nggak bakal maafin kamu. Sa--

Tiba-tiba Hanna bangkit dan langsung duduk di sebelah Nastiti. Nastiti mengerjap kaget, lalu tersenyum sambil menggeleng. Hanna-nya masih penakut seperti dulu, sangat takut kalau Nastiti sampai meninggalkannya.

"Kok malah senyum gitu sih, aku sedih ini -- " Tangis Hanna semakin menjadi, tapi Nastiti bukannya ikut menangis, ia justru tertawa di sela ingusnya yang terus ingin keluar.

Nastiti bukannya tak ingin mendramatisir adegan mereka. Melihat Hanna yang terus menangis sambil tertunduk seperti itu, ia tahu kalau Hanna merasa sangat bersalah, terbebani, dan tak nyaman menjalani hidupnya selama ini. Hebatnya hal itu cukup untuk melunakkan hati Nastiti, bahkan ia yang kini merasa iba dengan sahabat terkasihnya itu.

"Naasss," Rengek Hanna sungguh-sungguh, ia sadar jika Nastiti sudah memaafkannya, tapi rasa malu dan bersalahnya belum hilang dari dirinya, sehingga menangis ia jadikan pelampiasan semua itu.

Nastiti menarik Hanna ke dalam pelukannya, ia tak berkata apapun, membiarkan Hanna menangis di pelukannya. Nastiti sadar, kalau Hanna masih butuh waktu untuk menuntaskan segala yang membebaninya selama tiga tahun ini.

°°°

Siska baru saja selesai menenami Vany mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian santai yang mereka beli di toko. Ruangan yang seharusnya berisi empat dokter spesialis ini, kini hanya diisi oleh Farah, Nova, Seruni, dan mereka berdua.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang