19. Warna Hati

2.1K 267 225
                                    

Drrtt. Drrtt.

"Njir! Apaan ney yang getar-getar?" Dwi mendadak menggeser bokongnya, melihat benda sialan yang menambah buruk suasana hatinya.

Matanya menangkap nama Farah muncul di layar ponsel. Tapi tunggu. Ponsel itu bukan miliknya, mengingat ponselnya kini sedang ia pegang. Lantas ini?

Dwi ambil ponsel yang masih terus bergetar, memutar ke kanan dan ke kiri demi mengingat ponsel yang familiar baginya. Saat tanpa sengaja jarinya menekan tombol terima dari layar itu, seketika suara jeritan muncul dari balik ponsel.

"Siskamrpet!!! Susah amat ya ngubungin lo? Gila ah yang kemarok pacar baru, sohib lama dilupain terooos. Nggak ingat lo ya kamar lo udah 3 hari nggak diberesin Kampret. Lo kira gue babu lo hah!? Giliran Hanna aja gercep. Di mana lo sekarang!? Jawab!"

Dwi mengerjap kaget sambil menggeleng, ia masih tidak habis pikir, bagaimana Nova bisa tahan dengan suara berisik Farah setiap harinya?

"Siskaaa!!! Mana suara lo!?" Teriak Farah lagi, kali ini volume suaranya setara dengan volume ketika ponselnya memakai mode speaker.

"Berisik Farah berisik. HP Siskampret ketinggalan, ngapain sih nelpon teriak-teriak kayak orang kesambet nggak jelas terus berisik lagi Astaga!" Dwi berujar frustasi.

"Lo sendiri juga berisik." Ejek Farah tak mau kalah.

"Dih. Lo ya emang. Udah cepetan mau ngomong apa?" Farah benar-benar berhasil merusak mood Dwi secara paripurna.

"Gue butuh sama Siska, bukan sama lo."

"Lo nggak dengar apa tadi gue bilang HP Siska ketinggalan Farah nyinyiiiiiir. Ih sumpah pacar Nova ini minta di-ulek ampuuuun."

"Mama Siska, Wi. Ini tentang Mama Siska. Gue butuh ngomong sama dia." Suara Farah yang tetiba lembut membuat emosi Dwi ikut melunak.

Tanpa pikir panjang Dwi bangkit dari kursinya dan menyandingkan tas abu mudanya. "Gue bakal kasih tau dia. Ke rumah sakit, kan?" Dwi keluar dari BaHe Coffee menuju mobilnya.

"Iya. Langsung ke rumah sakit ya. Hati-hati lo."

"Iya." Dwi memasang safety belt setelah menghidupkan mesin mobil, tak lama setelah itu ia menelpon Nastiti untuk memastikan keberadaan Siska.

"Halo?" Jawab Nastiti.

"Halo, Kak. Kak udah sampai?" Dwi mendengar suara klakson dan mesin kendaraan sangat keras, membuatnya sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. "Kak lagi di mana sih berisik banget?"

"Kalau yang kamu maksud kak udah sampai tempat teman-teman, kak belum sampai. Taksi online kak mogok. Kenapa, Wi?" Nastiti melihat ke arah kanan, berharap ada taksi yang lewat ke arahnya.

"Kak di mana sekarang?"

"Nggak ngerti. Kamu kan tau kak bukan orang sini." Nastiti melihat ke sekitar jalan, berharap mendapati petunjuk tentang keberadaan, tapi sayangnya ia tak menemukan bangunan umum yang bisa dijadikan simbol.

"Kan kak bisa tanya --." Mata Dwi melihat sosok yang tak asing dari jauh, tepat berada di depannya, sekitar dua ratus meter, ia seperti mengenal sosok yang ia lihat. "Kak pakai baju hitam ya?"

Nastiti refleks melihat kanan kiri. "Kok tau?"

"Gue lihat kakak. Kalau mau kita barengan. Tunggu sebentar lagi. Nyalain aja ponselnya." Dwi menginjak gas mobilnya agar segera tiba. Saat beberapa meter lagi sampai, Dwi melihat wanita dengan tinggi yang tak beda jauh darinya sedang menghampiri Nastiti.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang