10. Bukan karena Kamu

3.5K 326 270
                                    

Siska menarik nafas panjang dengan mata terpejam. Tidur tanpa busana dengan wanita yang ia sukai adalah sebuah mimpi yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Namun ternyata takdir punya jalannya sendiri, Siska dibuat kewalahan oleh Hanna. Pasalnya, Hanna ternyata seorang pemain yang handal saat di atas ranjang.

Sebut saja Siska masih baru, kejadian malam ini adalah yang pertama baginya. Bermain di atas ranjang dengan seorang yang profesional ternyata sempat membuat Siska kebingungan harus bagaimana menghadapinya.

Seperti saat ronde pertama mereka memulainya, baik Siska dan Hanna -padahal di bawah pengaruh alkhohol- saling tarik menarik selimut. Jika Siska memilih untuk menutupi tubuh mereka saat 'bergoyang' dengan selimut karena alasan malu, Hanna berpikir sebaliknya, selimut justru membuat gerak mereka terbatas.

"Cupu!" ejek Hanna saat setelah ia membalik Siska menjadi posisi di bawah dan membuang selimut itu ke lantai. "Buat ribet pakai selimut."

Siska tersenyum geli sendiri mengingatnya. Ia pandangi Hanna yang tertidur tenang di atas lengannya dan memeluk pinggangnya. Ia sibak rambut yang menutupi dahi Hanna.

"Strong banget istri gue gila," gumamnya gemas. "Eh, belum jadi istri ya. Gue lupa." Siska terkikik sendiri.

Ingatannya kembali memutar pada ronde kedua permainan ranjang mereka. Hanya berselang sepuluh menit, Hanna sudah kembali menghujani Siska dengan ciuman bibir yang menggairahkan.

Nafas Siska belum teratur sempurna, tapi Hanna sudah menaikkan kembali darah mudahnya, membuat Siska mau tak mau merespon karena masih kemaruk gituan. Tubuhnya langsung merinding saat lidah Hanna begitu lihai bermain di daerah sensitif miliknya. Dimulai pada sentuhan di bawah telinga, lalu turun dengan halusnya ke leher. Bibir Hanna mencium bahkan sesekali menyesap lehernya, berlanjut di sekitaran dada, di mana Siska baru tau ternyata rasanya sampai membuat ia hampir meledak.

Belum lagi ketika bibir dan lidah Hanna secara bergantian mencumbu bagian perut dan daerah paling sensitifnya, Siska sampai bingung harus merespon seperti apa, seluruh bagian tubuhnya terasa tersengat nikmat. Saat ia akan mencapai puncak, Siska menarik dan membalik tubuh Hanna, lalu menindihnya.

Masih teringat jelas di memorinya, wajah Hanna yang merah menahan gejolak hasrat bercumbu. Mata itu menatap liar seperti tak sabaran ingin menerkam. Nafas itu terengah seolah menunjulkan betapa bergairahnya dia saat ini.

Belum lagi rambut Hanna yang tergerai di atas bantal, warna hitam yang kontras dengan putihnya bantal dan merona wajahnya.

"Mau sampai berapa lama melihat gitu aja?"

Harga diri Siska tertantang mendapati pertanyaan remeh Hanna, ia langsung menghujani leher Hanna dengan isapan dan sentuhan lidah yang tipis mengelilinginya. Badan Hanna dibuat meliuk karena sentuhan itu, belum lagi tangan kanan Siska yang tak tinggal diam memainkan sesuatu yang menegang di dada kanan Hanna, Hanna hampir gila mendapati sentuhan sederhana itu.

Siska menggelengkan kepalanya, jika ia meneruskan bagaimana kejadian itu dan tiga ronde selanjutnya secara detail, alamat akan ada ronde ke enam setelah ini.

Saat Siska akan membenarkan kepala Hanna agar posisi tidurnya lebih nyaman di dekapannya, tangan Hanna yang berada di pinggang Siska tanpa sadar bergerak dan menyentuh  puncak kecil dadanya.

Kampret! Sialan! Setan! Anjir! Pantang kesenggol langsung negang aja lu ah. Umpatnya pada miliknya sendiri dalam hati.

Siska mengusap rambut Hanna dengan lembut. "Sabar ya, Sayang. Aku bakal nahan diri kok. Paha aku aja masih pedas ini, apalagi kamu." Siska menarik bibirnya ke dalam demi menahan tawa. Ia tak sabar menunggu datangnya pagi, untuk melihat bagaimana Hanna akan terkaget bahkan memaki dirinya karena kejadian tadi malam.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang