8. Bukan Double Date

5K 329 132
                                    

"Aku bilang PERGI!!!"

"Aw!" Siska meringis sebab tanpa sengaja jari telunjuknya teriris pisau.

Ia refleks mengemut jari telunjuknya yang berdarah.

"Lebih bagus luka lo bersihkan pake air dulu. Kalau masih berdarah, baru lo hisap jari sambil cari obat. Kandungan air liur bagus buat menghentikan pendarahan luka kecil."

Kalimat Farah terulang otomatis di kepalanya ketika jarinya pernah teriris pisau sebelum ini. Mengingat bekas lukanya karena mengupas kulit jahe, sisa tanah yang melekat mungkin tersebar di sekitar luka. Maka Siska pun segera membuka kran wastafel dan membersihkannya lebih dulu.

Pikiran Siska masih mengembara tentang kejadian tadi malam. Dia masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana Hanna menangis, tentang racauan yang tidak ingin ditinggalkan, lalu remasan di bajunya yang begitu kuat, seolah ikut menekan dada Siska hingga ikut merasakan sesaknya hidup Hanna.

Maka Siska memutuskan untuk menginap di rumah Hanna. Tidak. Siska masih cukup baik untuk tidak mengutak atik Hanna meski kesempatan itu ada. Seperti saat Hanna telah siap dengan tangisnya, tapi tidak dengan pelukannya. Wajah Hanna yang tersembunyi di leher Siska membuat Siska kadang harus menelan ludah susah payah.

Jujur saja kalau Siska terpancing. Nafas Hanna yang menyentuh tipis leher putihnya mengaktifkan darah mudanya.

Namun Siska bisa mengatasinya. Dibandingkan keinginannya untuk menjelajahi Hanna, ia masih lebih khawatir dengan kondisi Hanna. Dan karena kejadian itu, Siska semakin meyakinkan dirinya untuk tetap di sisi Hanna.

"Aku bilang PERGI!!!"

Siska menggeleng untuk menyadarkan diri. Ia tidak menyangka kalau Hanna semenderita itu. Ia kembali fokuskan dirinya untuk mengobati lukanya, sehingga bisa menyelesaikan sarapan Hanna.

Begitulah cinta membentuk diri seorang Siska menjadi pribadi yang bersedia bangun pagi-pagi buta demi membuatkan makanan dan minuman yang baik untuk menghilangkan mual Hanna di pagi hari karena mabuk tadi malam.

Siska dengan ilmu anak kost yang masih dimilikinya dan berbekal telpon dari Farah, ia mendapatkan menu yang pas untuk Hanna pagi ini. Secangkir teh jahe hangat dan roti gandum madu. Awalnya Siska ingin membuatkan bubur ayam, tapi Siska masih cukup punya malu untuk tidak merusuhi kulkas Hanna.

Hingga akhirnya pilihan makanannya jatuh pada apa yang ada di meja makan Hanna sesuai dengan arahan Farah.

Saat dilihatnya darah sudah berhenti keluar, Siska memasak air jahe sambil mengolesi roti gandum dengan madu. Setelahnya ia membersihkan meja dapur bekas sisa memasak teh jahe.

Siska menyiapkan nampan di atas meja makan, lalu meletakkan piring berisi dua roti gandum madu dan secangkir teh jahe hangat yang sudah ia tambahkan gula. Tak lupa Siska menyiapkan infus water, jaga-jaga kalau Hanna tidak suka dengan teh jahenya.

"Buat siapa, Sis?"

"KAM-- ." Ia hampir saja melemparkan nampannya ketika Diswara tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Mau ngelempar gue?"

Siska menyengir. "Lo yang salah, Kak nongol tiba-tiba. Hampir aja gue khilaf and buat benda-benda di tangan ini melayang."

Bola mata Diswara berputar, lalu tatapannya kembali pada nampan yang Siska bawa. "Buat Hanna?"

Siska mengangguk. Ia segera menarik nampannya menjauh dari Diswara saat Diswara akan mengambil satu roti gandumnya.

"Buat sendiri yaela," protes Siska.

Diswara tertawa. "Yakin banget lo kalau Hanna mau makan ini semua?" Diswara mengalah, ia mundur beberapa langkah ke meja makan untuk mengambil roti gandum di meja makan.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang