The Two Hurts - 27

2.5K 261 265
                                    

"Did I miss something? Kak Nastiti?"

Nastiti menarik nafas panjang, rasanya ia ingin menghilang saat mengingat Siska menyadari perubahan sikapnya kepada Hanna.

Tepat tiga hari setelah kejadian mereka memergoki Hanna yang belum selesai berpakaian, Siska meminta agar Nastiti menjelaskan tentang segala keganjilan yang Siska rasakan.

Maka di sinilah mereka sekarang, bertemu di BaHe Coffee, tempat nongkrong asik Siska dan kawan-kawan sejak SMA dulu. Ada banyak kisah di Cafe ini, terlebih ruang private di lantai atas yang sengaja disediakan Cafe untuk pertemuan rapat dan sejenisnya. Maka Cafe ini adalah pilihan terbaik untuk membuat pertemuan dengan pembicaraan yang bersifat pribadi.

Nastiti melirik arlojinya, lalu melihat ke arah pintu saat terdengar seseorang mengetuk pintu.

Siska datang, sedikit tersenyum sebelum menutup pintu ruangan. Ia duduk tepat di depan Nastiti, lalu melihat meja yang sudah penuh dengan makanan kesukaannya. Dahinya berkerut. Sejak kapan BaHe Coffee punya snack agar-agar cokelat di daftar menunya?

"Shh.. Hm.." Siska masih memperhatikan menu agar-agar itu. Bentuknya mungil dengan beberapa karakter seperti, ikan? Kura-kura? Kupu-kupu? Lalu gajah? Serasa makan Tini Wini Biti.

"Oh. Itu aku bawa dari luar."

Alis Siska terangkat. "Tau dari Hanna?"

Nastiti mengangguk. Wajahnya terlihat seperti orang yang baru saja melakukan kesalahan besar, dan agar-agar ini adalah sogokannya.

Siska tersenyum lebar. "Oke. Aku cicip ya, Kak."

Siska jelas tidak menolak sajian itu, ia ambil agar-agar berbentuk kura-kura dengan sendok garpu dan memakannya. Ia mengangguk sambil tersenyum karena rasa manis yang pas. Manis-manis jambu gitu.

"Mau pesan apa, Sis? Makan? Minum?" Nastiti melihat daftar menu.

"Aku ini aja cukup kak, udah makan. Kalau kak mau pesan boleh." Kini Siska menyuap agar-agar berbentuk ikan ke mulutnya.

"Minum?"

"Hmm.. Air putih aja, Kak. This dessert is enough to me." Ia tersenyum sekilas lalu melihat pesan masuk di ponselnya, tentu saja dengan mulut masih penuh makanan.

"Oke." Nastiti mengetikkan pesanan pada layar sentuh yang tertanam di dalam meja, menekan 'Ok' dan pesanan akan diterima oleh pramusaji melalui monitor khusus pesanan.

Suasana mendadak hening. Nastiti merasa sulit memulai pembicaraan karena ia merasa seperti berada di ruang sidang tertutup, dan ia sedang dihakimi karena melakukan kesalahan.

Ia lirik Siska yang masih sibuk dengan ponselnya, sendok agar-agar itu bergerak ke atas bawah karena tidak ia lepas dari mulutnya, ia biarkan menempel di bibir sambil terus mengunyah.

"Ditaruh dulu sendoknya, Sis." Akhirnya Nastiti merasa ada obrolan mengingat yang Siska lakukan itu berbahaya.

Siska menoleh, matanya mengikuti pandangan Nastiti ke arah sendok garpu yang masih menyangkut di mulutnya. "Oh. Iya-iya," ucapnya dengan sedikit tawa lalu meletakkannya di piring. "Sebentar ya, Kak. Sedikit lagi kelar."

Nastiti mengangguk, lalu melihat sekitar. Ia memilih diam tanpa melakukan apapun.

Siska menyimpan ponselnya ke saku, kini ia memilih agar-agar berbentuk kupu-kupu untuk dilahapnya. "Kak nggak ikut makan?"

Nastiti menggeleng. "Nggak. Buat kamu aja."

"Oke."

Pesan kembali masuk ke ponsel Siska, membuat suasana kembali hening. Nastiti masih sibuk mengatur ritme jantungnya sebab gugup karena harus menceritakan hal yang sebenarnya sudah tenggelam ke dasar hatinya. Namun jika sampai harus muncul kembali ke permukaan, mungkinkah itu pertanda bahwa memendam bukanlah pilihan yang tepat saat ini?

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang