Long Lasting Night

2.3K 240 326
                                    

Pukul Sembilan malam waktu Monako.

Tak biasanya wanita ini menerima tugas penerbangan mancanegara. Ia selalu menolak dengan dalih tidak ingin terlalu lelah, tidak masalah jika gaji dan karirnya menanjak lambat bahkan tidak berkembang, asalkan ia bisa meluangkan banyak waktu untuk Diah, kekasihnya.

Tapi itu dulu.

Sang pramugari cantik ini justru menawarkan diri saat mendapati informasi dari grup chat penerbangan tempat ia bekerja, bahwa salah satu pramugari yang bertugas untuk penerbangan mancanegara berhalangan dan membutuhkan pengganti. Segera. Tanpa pikir panjang, wanita dengan khas lesung pipi ini langsung mengajukan diri. Dan di sinilah ia sekarang, berada tempat yang masuk dalam daftar kota paling romantis di dunia.

Monte Carlo, Monako.

Menginap di hotel mewah rancangan Gustave Eiffel yang menyajikan pemandangan laut mediterania adalah pilihan sempurna untuk menikmati malam-malam romantis bersama pasangan. Sayangnya hal itu hanya ia nikmati sendiri, bersama dengan rekan kerjanya menghabiskan beberapa malam tanpa melakukan apapun.

Rekan-rekannya tak pernah lelah untuk menawari 'teman' kepadanya, hanya saja dia terus menolak, ia tidak tertarik untuk menjalin hubungan dalam waktu dekat. Mengingat kejadian masa lalu yang diduga berhasil mengunci pintu hatinya untuk siapapun.

Maka seperti malam-malam sebelumnya di bar hotel tempat ia menginap, hanya duduk di kursi sambil menikmati Vodca dan suara musik yang sama sekali tidak bisa ia nikmati. Setidaknya ia bisa mengisi kesendirian hatinya dengan keramaian, meski sebenarnya tidak berhasil.

"Lo nggak ikut turun, Wi?" tanya salah satu rekannya dengan sedikit berteriak, tubuhnya terus meliuk ringan mengikuti irama musik yang dimainkan DJ.

Dwi tersenyum tipis lalu menggeleng. "Lo aja. Gue malas."

Rekannya berdecak. "Udah tiga malam kita dan lo cuma ngabisin waktu di kota seindah ini dengan?" Wanita itu menggeleng menyayangkan. Kini ia mendongak karena mendapati kecupan di pucuk kepalanya, lantas tersenyum lalu mencium bibir lelaki yang entah dari mana ia kenal.

Dwi mengalihkan pandangan, ia tidak mau matanya ternodai, tapi ia juga tidak mengerti masih bertahan di tempat. Netranya melihat ke segala arah asal tidak melihat sepasang kekasih dadakan yang belum melepas ciumannya.

"Wi?"

Dwi menoleh, ia tahu kalimat apa yang akan keluar setelah ini. Sedikit mabuk, saling berciuman, lalu?

"Gue duluan ya, atau lo mau ikutan sama kita?"

Dwi menggeleng cepat. Gila aja, males banget gue threesome, mana puas.

Temannya itu tertawa dan meninggalkan Dwi sambil melambaikan tangan.

Dwi menghela nafas, ia memilih pindah tempat dan duduk di kursi memanjang yang menyajikan pemandangan laut mediterania dari kaca jendela bar. Ia buka sedikit tirai mewah berwarna cokelat itu, dan tampaklah laut indah yang dikelilingi lampu-lampu perkotaan.

Hal yang sangat Dwi sukai dari tempat ini adalah banyaknya bangunan dengan khas kubah dan warna putih bernuansa klasik. Meski Monte Carlo adalah ibu kota, gedung tinggi dan bangunan klasik tetap terlihat indah berdampingan. Dan pemandangan laut ini?

Shit!

Sangat disayangkan karena ia hanya menikmatinya sendiri. Ia meneguk Vodca sambil tetap memandang Maha Karya Tuhan yang terlukis nyata di depan matanya.

"Spectaculaire."  [Mengagumkan]

Dwi menoleh ke arah suara yang berasal dari seseorang yang duduk tidak jauh darinya. Ia tidak begitu bisa melihat wajahnya karena pencahayaan bar sengaja dibuat redup. Dan ia memang tidak begitu terlalu penasaran, ia pun kembali melihat pemandangan indah di depannya.

The Two Hurts (GxG - COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang