Malam itu, tanpa membuang waktu, Jeffrey bersama dengan Jeremy yang bertugas mengemudikan mobil langsung berkendara menuju kediaman anggota Visioner.
Beberapa jam lalu setelah Jeno mengatakan padanya siapa yang menyerangnya, ingatan Jeffrey langsung terputar pada tragedi yang menimpanya empat tahun lalu. Pria itu benci saat ia harus mengingat dengan jelas bagaimana detail memori itu. Bahkan saat ia selalu berusaha mengubur memori itu jauh didalam kepalanya, Jeffrey tidak akan pernah mampu. Semuanya akan muncul begitu saja.
Kini, dengan apa yang baru saja terjadi pada Jeno, semua memori itu terlihat lebih jelas dari biasanya, mucul bersamaan dengan rasa penyesalan yang amat mendalam.
"Boss,"
Jeffrey mengerjapkan matanya saat mendengar suara Jeremy memanggilnya dengan pelan.
"We're already here." Lelaki itu melanjutkan sembari mematikan mesin mobil.
Jeffrey yang awalnya tidak sadar jika mereka sudah sampai, kini terdiam sebentar sebelum akhirnya meminta Jeremy untuk keluar dari mobil terlebih dahulu. Suatu hal yang seharusnya tidak ia lupakan malam itu terlintas dikepalanya secara tiba-tiba.
Pria itu mengambil ponselnya lantas memanggil nomor Dorran saat itu juga. Ia menghela nafas kecil saat mendengar jawaban dari seberang.
"Please, take her home. If she ask where am I, don't tell her. Just tell to not wait for me instead."
Jeffrey memijit pangkal hidungnya setelah mematikan sambungan teleponnya. Ia menyimpan kembali ponselnya kedalam saku jaket kulit hitam favoritnya.
Masih belum selesai dengan gejolak ingatannya akan situasi Jeno, kini bayangan perdebatannya dengan Kiara perlahan ikut memenuhi isi kepalanya. Sungguh, ia tidak habis pikir bagaimana bisa gadis itu mendominasi pikirannya hanya dalam waktu singkat.
Jeffrey meremas rambutnya dengan pelan, berusaha menghilangkan pening yang tiba-tiba menghampiri kepalanya. Ia mengatur nafasnya beberapa saat sebelum akhirnya keluar dari mobil.
Pria itu berjalan mendahului Jeremy menuju pintu rumah. Membunyikan belnya beberapa kali sampai akhirnya Willis membukanya dan mempersilahkan mereka masuk.
"I heard about Jeno. Is he okay now?" Tanya Willis setelah mereka bertiga mendudukkan dirinya diatas sofa.
"He's okay. More or less so." Jawab Jeffrey dengan tenang. "Thanks for asking."
"We're family, remember?"
"A kind of family who betrayed each other." Sarkas Jeffrey.
Willis yang awalnya sedang menuangkan wine mendadak terdiam. Ia melirik Jeffrey dari ujung matanya, memperhatikan bagaimana pria itu tertawa miris.
"I know it's been hard for you, but you need to calm yourself for a bit." Willis membawa tiga gelas wine ditangannya lalu memberikannya satu persatu pada Jeffrey dan Jeremy. "Don't think too much, you know we can always figure it out later." Lanjutnya.
"You sound like my girlfriend, giving me all those soothing words." Ujar Jeffrey dengan asal sebelum menandas wine ditangannya dalam dua kali tegukan.
Willis terkekeh. "What? Kiara didn't sooth you enough?"
Jeffrey meletakkan gelas kosongnya dengan kasar diatas meja, menimbulkan suara menggema didalam ruangan tersebut.
"I don't want to talk about her right now." Ucapnya dengan tegas.
Willis menggedikkan bahunya. "Fine. Now tell me what do you need from us."
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Dawn | NCT Mafia
Mystery / Thriller❝ I've made a lot of choices that have gotten me here. I deserve this. But it's okay, cause if i'd chosen differently, I wouldn't have met you. ❞ [Jaehyun] [Mafia] [Crime] [Romance] [Action] ________ First published: June 19, 2020 Highest rank: #1...