00:02

5.3K 697 142
                                    

Tap the vote button. Thx!





Ting!

Tubuh Kiara mendadak membeku. Nafasnya tercekat saat benda pipih di saku jeans-nya baru saja bersuara menandakan satu pesan masuk.

Kiara tidak berani menggerakkan satupun anggota tubuhnya. Dia hanya menatap penuh horor pada lelaki yang sedang diikutinya tadi. Lelaki itu ikut berhenti berjalan dan terdiam di tempat. Jarak mereka hanyalah beberapa langkah dan jika lelaki itu berbalik dan memergokinya, tidak butuh 10 detik baginya untuk mencekal tubuh Kiara.

Berbagai doa sudah Kiara rapalkan saat banyak skenario buruk terlintas dibenaknya. Dibunuh, diperkosa, dimutilasi, apapun itu dia hanya berharap untuk tidak masuk neraka nantinya.

Konyol memang, namun dia masih takut pada Tuhan.

Satu menit lebih berlalu dan tidak satupun dari Kiara maupun lelaki didepannya bergerak. Kiara merasa sesak karena ternyata ia sempat menahan nafasnya selama beberapa saat. Tangannya dengan hati-hati meraih pelan ponsel dicelananya. Mengetuk layarnya sekali yang kemudian menampilkan cahaya cukup terang dan sebuah notifikasi pesan dari Vernon.

"Where the hell are you?! I'm not paying for police to find you if you get lost in the town."

Kiara membaca sekilas pesan tersebut dan hampir mendengus jika ia tidak ingat lelaki didepannya. Dia mendongak dan melihat lelaki itu sudah mulai berjalan kembali.

Kiara bernafas lega. Otaknya menyuruhnya untuk berbalik saja kembali ke club namun tubuhnya seolah bereaksi dengan beda. Kakinya kembali melangkah pelan mengikuti lelaki itu lagi.

Stupid, Kiara.

Tubuhnya mendadak terhenti saat mengetahui bahwa ia telah berjalan cukup lama hingga ia bisa melihat lelaki tadi bertemu dengan beberapa laki-laki lain. Kiara spontan bersembunyi dibalik salah satu pohon untuk mengintip apa yang orang-orang itu lakukan.

Tiga orang berdiri membelakanginya. Semuanya memakai pakaian hitam. Salah satunya adalah lelaki yang diikutinya tadi. Dia satu-satunya yang mengenakan beanie sehingga Kiara bisa mengenalinya. Mereka hanya diam dan saling menatap satu sama lain seolah saling memberi kode.

Tiba-tiba dari arah lain 2 lelaki lagi datang menghampiri mereka. Satunya memakai pakaian hitam juga, sedangkan yang satunya memakai kemeja putih dan celana hitam, seperti seragam orang kantoran.

Kiara mengernyit, berusaha menangkap wajah orang-orang tersebut. Namun sayang, mata minus tanpa kacamatanya sama sekali tidak membantu.

"Mark, call the boss."

Satu kalimat itu terucap dari salah seorang dari mereka. Kiara menggigit bibirnya saat mengetahui lelaki yang diikutinya tadi bernama Mark.

Lelaki bernama Mark itu langsung menelpon seseorang atau bossnya mungkin, seperti yang diperintahkan temannya tadi.

"We're all already here." Singkatnya, lalu menutup telfonnya.

"Handcuff him." Perintah Mark.

Salah satu temannya langsung mengambil borgol di saku jaketnya dan meraih kasar kedua tangan lelaki berkemeja putih sebelum memborgolnya. Begitu selesai, dia menendang punggungnya hingga lelaki berkemeja itu terduduk ditanah dan menunduk.

Kiara membulatkan matanya begitu ia sadar orang-orang didepannya ini memang tidak benar dan mencurigakan. Dia seharusnya tidak mengikuti mereka dan kembali menemui Vernon saat temannya tadi mencarinya. Namun semuanya sudah terlambat. Jika ia keluar dari tempatnya bersembunyi, justru orang-orang itu akan melihat dan mengejarnya. Kini yang bisa ia lakukan hanyalah diam dan berusaha sembunyi sebaik mungkin. Or else she will die.

Beberapa saat kemudian seorang pria berjaket kulit dan berpakaian serba hitam mendatangi mereka. Perawakannya cukup tinggi dan besar dibanding 5 orang lainnya tadi. Rambutnya tertata rapi menunjukkan dahinya. Lengan jaketnya ditekuk menampakkan beberapa tato hitam dikulit putihnya.

Kiara masih belum jelas melihat wajahnya namun ia yakin pria baru ini adalah boss yang dimaksud mereka.

"Boss, we may need to get some information from him." Ujar Mark.

Boss-nya menggeleng kecil sebelum berjongkok didepan pria berkemeja putih tadi. Tangannya mencengkeram dagu pria itu, membuat si empunya meringis.

"He won't open his mouth anyway. He knows he will die whatever happens." Ujar si boss sebelum meludahi wajah pria berkemeja didepannya.

Dia berdiri kemudian meraih suatu benda yang terselip dicelana jeans hitamnya.

Pistol.

Kiara spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat melihat pistol itu diarahkan ke pelipis pria berkemeja yang sedari tadi hanya membisu dan tidak memberontak.

"Any last wish?" Tanya si boss, menempelkan moncong pistol tersebut tepat dipelipis pria berkemeja putih. Sebelum dia benar-benar menarik pelatuknya, sebuah suara menginterupsinya.

"Boss," Mark mendekati boss-nya dan membisikkan sesuatu ditelinganya.

Beberapa detik kemudian kepala mereka berdua menoleh ke belakang, mengarah pada tempat dimana Kiara bersembunyi.

Kiara dengan cepat menarik tubuhnya dan bersembunyi dibalik pohon besar itu. Dia menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan menahan nafasnya sebisa mungkin. Jantungnya berdegup kencang seolah-olah ingin keluar dari dadanya. Dia sadar betul jika para kriminal didepannya sudah mulai menyadari keberadaannya. Dan Kiara tahu, dia tidak bisa melakukan apapun.

God, please. Batinnya, lalu memejamkan matanya.

Dor!

Sebuah tembakan yang cukup nyaring terdengar.

****










Mark NCT as Mark Lee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark NCT as Mark Lee










[See you in the next chapter!]

Before Dawn | NCT MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang