epilog

1.5K 113 9
                                    

Bintang telah menyelesaikan ujiannya dan kini ia sedang menyesap rokoknya. Semenjak keduanya mengungkapkan isi hati Bulan dan Bintang seolah menjaga jarak ia tidak bertegur sapa bahkan tersenyum pun tidak. Ditambah kesibukkan mereka masing-masing yang menambah kerenggangan di antaranya, Bulan sibuk membantu bundannya yang tengah hamil dan Bintang yang sibuk dengan latihan soal-soal.

Bintang bersandar di sofa miliknya kini semuanya tinggal menunggu apakah ia diterima di universitas yang dia tuju. Bintang cemas dan ia selalu berdoa agar di terima di universitas itu. Bintang menaruh harapan yang sangat besar, Bintang memberanikan diri untuk membuka hasil pengumuman. Air matanya jatuh saat membaca pengumuman itu, pikiran cemas dan gelisah sekarang sudah hilang kini pikirannya terfokus pada Bulan, gadis yang sangat unik menurutnya.

Walaupun di tolak berkali-kali Bulan masih menyukainya, Bintang berjalan keluar rumahnya ia mengintip di sela-sela tembok. Dan ia mendapati Bulan sedang merapikan pot yang ada di taman kecilnya. Seminggu tidak sekolah Bulan membeli pot, pupuk dan juga bibit tanaman untuk menghiasi halaman rumahnya.

Kini taman kecilnya sekarang di penuhi dengan bunga yang cantik serta mengeluarkan wangi yang harum. Bintang tersenyum melihat Bulan, ia berjalan keluar rumahnya dan menghampiri Bulan yang tidak menyadari kedatangannya. Bintang berdiri di belakang Bulan yang sedang berjongkok merapikan tanah yang ada di dalam pot.

"Ehemm," Bintang berdehem.

Bulan menoleh ke belakang saat mendengar suara, Bulan terkejut mendapati Bintang ada di belakangnya. Bulan membersihkan tangannya yang kotor di penuhi tanah. "Kak Bintang! Ayo masuk kak," ajak Bulan ke dalam rumahnya.

"Gausah disini aja," tolak Bintang.

"Ohh gitu," balas Bulan canggung.

"Cantik ya," ucap Bintang.

"Iya cantik bungannya warna-warni," jawab Bulan cengengesan.

"Bukan bunganya."

"Lah terus siapa?"

"Kamu."

Blushh!! Pipi Bulan merona mendengar ucapan Bintang, Bulan menoleh ke samping agar Bintang tidak melihat kondisi wajahnya yang seperti tomat. Bintang tertawa melihat Bulan yang salah tingkah di buatnya. "Kok malu-malu sih biasanya malu-maluin," ejek Bintang.

"Ish kak Bintang!" gerutunya.

"Beneran cantik kok," jawab Bintang.

"Timakasiii," ucap Bulan sambil tersenyum. Matanya membentuk bulan sabit saat tersenyum membuat Bintang gemas dan mengacak-acak pucuk kepala Bulan.

"Gemes!"

"Ish kak Bintang berantakan nanti rambut Bulan."

Bintang tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
"Gamau bilang selamat ni?" tanya Bintang.

Bulan mengkerutkan keningnya binggung. "Selamat? Buat apa?" tanya Bulan polos.

"Aku keterima."

Senyum terbit di wajah Bulan. "SERIUS?!" tanya Bulan dan di angguki oleh Bintang, "selamat kak Bintang," Bulan menjabat tangan Bintang sambil mengayun-ayunkan.

Tapi seketika senyum itu luntur di wajah Bulan. Bintang mengkerutkan keningnya heran, kenapa senyum Bulan luntur? "Itu tandanya kak Bintang gak di sini lagi?"

Bintang tersenyum, dia tau alasan di balik senyum yang luntur itu. "Setelah selesai pendidikan bakal balik lagi," setetes air mata jatuh membasahi pipi Bulan.

Segera Bintang memeluk Bulan erat seolah tidak ingin lepas dari Bulan. "Jangan nangis, entar gak bisa pergi akunya."

"Biarin!" jawab Bulan di sela-sela tangisnya.

I Love You Ketos (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang