Dua Puluh

1.5K 108 9
                                    

Jangan lupa vote part sebelumnya yaww teman-teman. Part ini juga jangan lupa di vote dan comment yaa, thank you ❤️

****

Bulan melongo menatap punggung Bintang yang perlahan menjauh setelah ia mengatakan kata yang membuat Bulan diam membeku, tidak tau harus menanggapinya seperti apa.

"Gue gak salah dengerkan, Lan?" tanyanya pada dirinya.

Bulan perlahan berjalan keluar dari kelasnya dengn perasaan yang berkecamuk. Semua tercampur aduk menjadi satu, seharusnya Bulan senang mendengar perkataan Bintang. Tapi Bulan takut semua perkataan Bintang hanyalah sebuah kebohongan saja.

Bulan terus menyusuri koridor sekolah agar bisa sampai ke depan gerbang sekolahnya. Bintang? Bintang sudah pulang duluan setelah mengatakan kata itu, kata yang sangat Bulan harapkan tapi entah mengapa sekarang ia tak bersemangat untuk mendengarnya apalagi mengingat kembali.

Di depan gerbang sudah ada ayahnya yang menunggu di dalam mobil sambil melambaikan tangan ke arahnya, senyum langsung terbit menghiasa wajah Bulan.

"Ayo kita pulang!" ucap ayahnya antusias.

"Lest go!" seru Bulan.

Ayahnya mengusap kepala Bulan gemas, lalu membelai lembut kepala Bulan. "Kamu udah besar juga ya dek," celetuk ayahnya.

"Perasaan baru aja ayah adzanin kamu waktu lahir dan sekarang kamu udah besar," lirihnya.

Bulan menatap ayahnya lalu memeluk lengan ayahnya, sayang. "Bulan akan tetap jadi putri kecil ayah yang paling ayah sayang, Bulan gak akan pergi ninggalin ayah."

Ayahnya terkekeh lalu mengusap lembut rambut anaknya. Anak semata wayangnya ini sangat lah menggemaskan, Bulan menghela nafasnya. Pikirannya jauh lebih tenang saat berada dekat dengan kedua orang tuanya.

"Nak, nanti pulang ayah tunggu di kamar ayah sama bunda yaa."

Bulan mengkerutkan keningnya binggung. Tapi ia tak membalas perkataan ayahnya, Bulan menganggukan kepalanya. Senyum terbit di wajah Bulan.

Mobilnya sebentar lagi masuk di dalam pekarangan rumahnya. Namun Bulan lagi-lagi Bulan mengkerutkan keningnya, heran. Perempuan muda cantik, tinggi, kurus menggenggam kotak bekal.

Bulan tampak menduga-duga siapa wanita itu dan kenapa ia datang kerumah Bintang. Siapa wanita itu sebenernya? Bulan terus menatap wanita itu  hingga tembok membuatnya tersadar dan kembali fokus menatap ke arah depan.

Bulan masuk ke dalam kamarnya mengganti baju, ia tidak langsung menuju kamar orang tuanya. Bulan memilih pergi keluar mengintip di balik tembok menatap interaksi antara dua orang.

Bulan melihat Bintang sedang menatap lurus ke depan sedang gadis yang membawa kotak bekal itu, menatap wajah Bintang sendu. Binar kebahagiaan terpancar dari mata gadis itu.

"Siapa sih itu?" tanya Bulan pada dirinya yang penasaran.

Gadis itu mengulurkan tanganya memberikan kotak bekal pada Bintang, cukup lama Bintang menerimanya. Satu hal  yang Bulan binggung, mengapa ekspresi Bintang begitu datar padanya.

Bulan terus memperhatikan mereka berdua sampai sebuah taxi berhenti di depan rumah Bintang, lalu gadis tadi masuk ke dalam tangannya. Sebelum pergi gadis itu melambaikan tanganya ke arah Bintang, Bintang hanya menganggukan kepalanya.

Setelah taxi berjalan Bintang membalikkan badannya, tapi ia tersadar bahwa ada yang mengintai dirinya dari tadi. Mata Bulan bertemu dengan Bintang, Bulan terkejut lalu segera berjongkok menyembunyikan dirinya.

I Love You Ketos (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang