Tiga Puluh Dua

1.5K 102 34
                                    

Hari-hari berikutnya Bulan jalani dengan kebohongan, ia harus berpura-pura menjauhi Bintang, tidak mengingat hal apapun kecuali kedua orang tua kandung, Raina bercerita panjang lebar dan Bulan hanya bisa mengangguk padahal ia sudah mengingat semuanya, sedangkan Bintang ia terus berusaha mencoba mengajak Bulan  pergi ke suatu tempat  dan mendengarkan Bintang bercerita namun Bulan selalu menolak, tapi dalam hatinya ia sangat mengingkan hal itu.

"Tahan Bulan! Lo harus kuat, lo harus liat sebesar apa kak Bintang suka sama lo!"  batin Bulan mencoba menepis semua ajakan Bintang.

Bulan melangkahkan kakinya meninggalkan Bintang yang berdiri di tempat, Bintang menatap sendu punggung Bulan yang perlahan menjauh darinya. Sekarang ia bisa merasakan apa yang Bulan rasakan saat dirinya menolak Bulan, namun Bulan tetap semangat mengejar sesuatu yang dulu sangat tidak mungkin terjadi. Seharusnya memang begini, kodrat perempuan itu di kejar bukan mengejar sekarang Bintang memahami perkataan Dave.

"Tang!" panggil Dave dari belakang.

"Kenapa?" balas Bintang cuek.

"Kemarin anak SMA Lestari nyerang salah satu anak sekolah kita, mereka keroyokan al hasil anak sekolah kita masuk rumah sakit. Pasti sebentar lagi kita di panggil pak Sudirman, ," jelas Dave.

Bintang tampak diam, kemarin ia terlalu sibuk dengan kondisi Bulan sampai-sampai ia tak mengetahui semua ini. "Panggilan kepada Bintang Angkasa dan Dave Maharaja serta Brandon Sanjaya untuk ke ruang kepala sekolah sekarang!" suara dari toa membuat Dave menaikan sebelah alisnya.

"See, apa yang gue omongin benarkan."

Bintang tak menjawab ia melangkahkan kakinya menuju tempat yang tuju, Dave mengikuti Bintang dan Brandon entah kemana dia. Bintang sudah berdiri di depan ruang kepala sekolah, ia memutar ganggang pintu wanita dan pria paru baya duduk di kursi tamu, sedangkan pak Sudirman duduk di kursi kebesarannya.

Bintang dan Dave masuk ke dalam ruangan kepala sekolah tak lupa mengucapkan salam. "Ada apa bapak memanggil saya?" tanya Bintang.

"Assalamualaikum," ucapnya saat membuka pintu, ia adalah Brandon.

Pak Sudirman mengangguk. "Jadi tujuan bapak memanggil kalian bertiga untuk membawa surat ini ke pihak sekolah SMA Lestari dan mereka adalah orang tua korban. Pihak sekolah sudah bertanggung jawab membiayai semua biaya rumah sakit," Bintang mendengarkan perkataan pak Sudirman dengan seksama.

"Bapak minta tolong pada kalian serahkan surat ini kepada pihak sekolah, kita harus menindak lanjut masalah ini," ucap pak Sudirman lagi dan di angguki oleh Bintang, Dave, dan Brandon.

Bintang dan teman-temannya keluar dari ruang kepala sekolah, mereka berjalan menuju kelas mereka. Tak sengaja Bintang melihat Bulan sedang duduk berdua bersama Bram, Bulan tertawa terbahak-bahak. Bintang meremas kertas yang ia pegang, Brandon yang melihat hal itu langsung menoyor kepala Bintang pelan, namun hal itu membuat Bintang tersadar.

"Lo gila yaa, kertas ini mau di serahin ke SMA Lestari!" Bintang terdiam lalu memberikan kertas itu pada Brandon, Brandon dan Dave pergi meninggalkan Bintang yang terbakar api cemburu. Dave berhenti dan melirik ke belakang ia berbisik pada Brandon.

"Noh liat si bocah lagi cemburu," bisik Dave, Brandon terkekeh pelan.

"Sukurin sapa suruh dulu nyia-nyiain cewe. Yuk cabut, males gue ngeliat bocah cemburuan," Dave dan Brandon meninggalkan Bintang yang masih berdiri dengan mengepal kuat tangannya.

Bintang melangkah menuju ke arah Bulan dan Bram yang sedang tertawa ria, wajah Bintang sudah merah padam ia sudah tidak bisa menahan rasa cemburunya. Keduanya menghentikan tawanya saat melihat Bintang sudah ada di depan mereka dengan wajah tertekuk seperti orang yang sedang menahan luapan emosi.

I Love You Ketos (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang