Dua Puluh Satu

1.5K 103 1
                                    

Semoga suka sama part ini, gamau basa-basi ahh intinya jangan lupa vote dan comment yaaw. Part sebelumnya juga jangan lupa du vote yaa.

Siap vote dan spam comment??

Selamat membaca zeyengggg😘♥️🤗

****

Bulan termenung memikirkan perkataan bundanya. Seminggu, bukan waktu yang lama untuk membuktikan bahwa perasaannya selama ini terbalaskan.

Bahkan Bulan sendiri sedikit ragu jika perasaannya terbalaskan. Kini ia seolah di permainkan oleh Bintang, disaat ia ingin berhenti Bintang datang memintanya untuk jangan berhenti mengejarnya.

"Agrhhh! Gue kayak orang bego aja mikirin yang begini," ucap Bulan kesal. "tapi kalo gak di pikirin yaa bakal tambah setres gue. Ayah juga ngadi-ngadi pake dijodohin segala!" gerutunya.

Bulan melamun untuk kesekian kalinya, muncul lah ide yang menurutnya adalah satu-satunya cara agar apa yang ia katakan pada bundannya memang benar adanya. Dan kenyataan Bintang menyukainya, caranya adalah membicarakan semua ini pada Bintang. Ya, hanya itu jalan satu-satunya.

Jika harus menunggu kepekaan dari sang tuan tampan yang dingin itu, maka tidak ada harapan. Orang se-cuek dan se-dingin Bintang tidak ada peka terhadap sesuatu. Hal kecil pun Bintang tidak peka apa lagi hal yang besar ini.

Bulan melangkahkan kaki ke kelasnya. Ia harus menceritakan semua ini pada Raina, dan meminta bantuan pada Raina. Jika tidak ada Raina, maka Bulan tidak akan se-ceria dan se-terkenal ini. Jika bukan Raina yang memaksanya untuk dengannya dan meminta Bulan untuk mengikuti lomba-lomba. Maka Bulan tidak akan terkenal, dan ia hanya akan menjadi anak culun yang kerjanya hanya membaca hanya ada di dalam kelas dan jarang untuk keluar kelas.

"Rain!!!" teriak Bulan membuat orang yang di sekitarnya menutup telinga dengan tangan rapat-rapat.

"Apa sih! Teriak-teriak kagak jelas, bikin pala gue puyeng aja," Raina selalu mengomel jika Bulan berteriak memanggil namanya.

Bulan menghembuskan nafasnya kasar dan mengerucutkan bibirnya. "Rain gue mau cerita," bisiknya.

"Hah! Lo ngomong apa gak kedengeran."

"Gue mau cerita sama lo, tapi jangan disini."

Raina mengangguk mengerti. "Yaudah sok atuh cerita," balas Raina singkat sambil menulis tugas di buku tulis.

"Rain! Lo budek atau gimana sih, gue bilang jangan di sini!" kesal Bulan.

"Jadi lo mau di mana?" jawab Raina namun ia fokus pada tugas-tugasnya.

"Di perpus aja," pinta Bulan dan di angguki oleh Raina.

Sebelum pergi ke perpustakaan Bulan membawa beberapa buku begitupun dengan Raina dia membawa buku. Ada beberapa tugas yang harus mereka kerjakan.

"Lo mau ngomong apa emang? Penting banget kayaknya sampe harus ngobrol di perpus," ucap Raina.

"Emang penting Rain, ayo buruan ke perpus!" jawab Bulan.

"Ya," balas Raina singkat.

Bulan meremas ujung roknya sambil memandangi wajah Raina yang tengah fokus mengerjakan tugasnya. Bibir Bulan terasa kelu saat ingin membicarakan tentang perjodohannya.

"Rain," lirihnya.

Raina menghembuskan nafasnya kesal. "Apa sih Lan! Dari tadi lo cuman manggil nama gue. Rain, Rain, Rain doang."

Bulan terkekeh mendengarnya lalu ia menarik nafasnya dalam-dalam. "Gue mau di jodohin," ucap Bulan berbisik samar Raina dapat mendengarnya.

"Apa! Lo ngomong apa?" tanya Raina memastikan pendengarannya salah.

I Love You Ketos (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang