Terkadang setiap murid menginginkan pembelajaran di luar area sekolah. Misalnya di tempat wisata, museum, taman kota, atau apalah, asal tidak suntuk mencerna pelajaran di dalam kelas terus. Iya semua murid, termasuk aku.
Aku tidak terlalu kepingin, sih. Tapi tidak ada salahnya mencari suasana baru.
Seperti contohnya, saat sekolah kami terutamanya angkatan kelas 11, mengadakan acara berkemah bersama selama tiga hari di suatu bumi perkemahan. Semuanya tampak biasa saja sebelum aku tahu, ipa 6 dan ipa 7 ternyata satu bis.
Iya aku merasa senang karena bisa satu bis dengan April. Tapi merasa rugi juga karena kemungkinan besar kami akan digoda!
Oh no. Lebih baik tidak usah sebis saja kalau begini keadaannya. Sudah tahu teman-teman sekelasku orangnya sangat kepo dan selalu ingin mencampuri urusan orang lain.
Karena terkadang mengalami mabuk perjalanan, aku dibiarkan duduk di depan. Tenang saja tenang saja. Perempuan sama laki-laki tidak akan duduk barengan. Ya, siapa yang mau juga!
Aku duduk di bangku nomor dua dari depan. Teman sebangkuku sepertinya dari kelas tetangga. Akhirnya aku bisa duduk dengan tenang selama perja—
"April?"
"Cakra?"
Bis melaju, televisi kecil yang berada di atas mulai dinyalakan.
Hah?
April suka mabuk juga? Kok?
April duduk tepat di sebrang bangkuku. Jaraknya bisa dikatakan dekat. Bahkan kalau lutut kami sama-sama mengarah ke samping, akan terjadi tabrakan yang tidak diinginkan.
Oh kenapa bisa begini.
Sudah tidak bisa menukar bangku lagi pula. Aku bisa muntah kalau harus berjalan ke belakang dalam keadaan bis sedang melaju.
Aih.
Ya sudah.
Hanya tidak usah memperhatikan saja, bukan?
Cakra pasti bisa!
Tapi ternyata aku tidak bisa.
Sepanjang perjalanan yang akan memakan waktu dua jam ini, tidak ada hal lain yang bisa kulakukan selain diam-diam melirik ke arahnya.
Ponsel? Mau tambah pusing kau? Makan? Perutmu masih kenyang. Ngobrol? Lah, kayak yang kenal aja sama teman sebangku.
Um ....
April. Boleh ya, aku liatin kamu terus selama perjalanan?
.
Tapi ternyata itu terjadi.
Karena April juga memandangiku.
Lah.
"Cakra."
"Hm?"
"Boleh gak, aku liatin kamu terus selama perjalanan?"
"...."
Aku mencolek-colek lengan baju orang di sebelahku. Dia sudah tertidur.
"Hei. Tukeran tempat duduk dong."
Dan yah, semuanya gagal. Daripada telingaku ketahuan memerah oleh teman-teman satu bis, lebih baik menghindari kejadian perkara saja.
April ... April.
.
Aku ketiduran. Jam berangkatnya memang pagi-pagi sekali. Sebagian besar murid di bisku pasti masih mengantuk karena semalam kurang tidur.
Saat membuka mata, matahari sudah bersinar sangat terang dari jendela sampingku. Udaranya jadi pengap dan semakin membuat mual.
Hm ....
Aku menyuruh orang di sampingku untuk tukeran tempat duduk lagi. Awalnya dia tidak mau karena sudah mendapat posisi nyaman di tempatnya tersebut.
Tapi aku terus mengode soal April. Cewek itu sedang tertidur sekarang. Dan entah karena apa, orang yang ternyata bernama Ihsan ini tiba-tiba saja setuju untuk bertukar tempat duduk.
Hanya sementara tapi. Selama April tertidur.
April tidur dalam posisi kepala bersender ke kanan, ke arah sini.
Setelah melihat orang-orang di bis masih pada tidur, aku mengeluarkan sebuah earphone dari saku.
Kupasangkan earphone itu ke telinga kiri April, dan yang satunya lagi ke telinga kananku, lalu menyetel lagu.
Diam-diam, aku tersenyum.
Yah, setidaknya dia tidak akan tahu soal ini.