are you okay?

37 9 124
                                    

Pemandangan itu tidak mengenakkanku.

Lihatlah mereka, begitu akrab sekali! Padahal cuma menjalankan tugas. Tapi, kenapa dua orang yang pernah mengobrol di belakang sekolah itu harus dipasangkan? Mungkinkah Fini menyogok?

Dari awal Cakra mulai memasuki ruangan, aku sudah tidak fokus berlatih. Begini saja. Aku memang selalu tidak fokus jika ada dia di sekitarku. Dan sekarang dia membawa cewek lain. Ya apa.

"Lanjut, Pril?" Kakak Kelas yang duduk di sebelahku menyadari lamunanku. "Atau mau istirahat dulu? Udah dari tadi kita latian."

Aku merasakan gejolak tidak enak hati. "Enggak, Kak. Ayo mulai lagi aja."

Aku berusaha menyingkirkan Cakra dari pikiranku sekejap. Memang tidak baik terus memikirkan orang itu sepanjang hari, sementara sekarang dia sedang berselingkuh dengan cewek lain! Di depanku sendiri, lho.

"Enggak udah, istirahat dulu aja." Kakak Kelas berdiri dari duduknya. Gitar kepunyaan ekskul dia simpan di atas kursi. "Aku mau ke kantin dulu."

Kulihat ekspresi Kakak Kelas tampak jengah, seperti menyadari gelagatku yang sudah tidak ingin lagi melanjutkan latihan. Padahal baru hari pertama. Tidak profesional sekali kamu, April!

Hah ....

Gara-gara ada Cakra! Merusak suasana saja Anda.

Aku mengembuskan napas panjang di atas kursi. Kuamati anggota-anggota ekskul musik sedang beristirahat juga. Mungkin memang sudah waktunya. Tapi apa-apaan.

Hei sudah cukup wawancara kalian yang tidak berguna itu! Berhenti memamerkan kemesraan di hadapanku. Kenapa tidak mengobrol di luar saja, hah?

Karena tidak tahan dan berniat akan mengusirnya sendiri, aku memutuskan untuk mendekati mereka.

"Oh iya betul, Fini juga sering nonton serial itu—"

"Ahem."

Tidak perlu sampai membahas di luar kepentingan juga, ih. Sok akrab banget kalian.

Aku berhenti tidak tepat di hadapan Cakra. Fini dan orang yang sedang dia wawancarai sontak melihat ke arahku. Kecuali satu orangnya lagi.

"Kenapa? Kak April mau diwawancarai juga?" Fini bertanya dengan polos atau mungkin itu cuma pura-pura. Biar terlihat imut. Uh, jadi cewek kok gitu.

"Eh. Boleh emang kalau aku yang diwawancara?" tanyaku, sedikit menemukan cahaya.

Fini mengangguk, yang sialnya itu memang terlihat lucu. Ya ampun adik kelas ini imut sekali.

Aku menimbang-nimbang. "Hm .... Boleh, sih. Tapi maunya diwawancara sama—"

"Sama Fini aja! Sekalian nanti Fini latihan."

"Gak."

"Kak April mau mencemari nama baik ekskul musik?"

Oh, Tuhan.

Sebagai anggota baru yang baru saja direkrut oleh Ihsan yang melihat potensi suaraku saat acara api unggun kemarin, aku harus bersikap lemah lembut terhadap orang luar. Profesional profesional. Jangan libatkan urusan pribadi! Tapi ....

"Buang-buang waktu aja ngewawancara cewek tukang selingkuh."

Wajah Cakra merah padam. Seperti sedang menahan luapan amarah. Oh dia merajuk?

Senyumku tersungging. "Iya boleh, wawancara aku aja. Tapi harus sama Kakak Kelas juga, ya. Kita 'kan pasangan." Meski bola mataku persis tertuju ke cowok yang duduk paling kanan, tapi omonganku masih mengarah ke Fini.

"Enggak ada yang mau liat berita kayak gituan! Udah, gak usah dilayani, Adik Kelas."

"Kamu mau mencemari nama baik ekskul jurnalistik, Fini? Menolak tawaran narasumber."

"Anggota ekskul musik masih bejibun. Kenapa pula harus mereka bedua yang diwawancara?"

"Karena kami yang jadi pusat utama pertunjukannya." Hayolo mati kutu!

Wajah Cakra semakin merah. "Ya udah sana. Pacaran aja sekalian sama si Kakak Kelas."

Orang itu mengeluarkan diri dari ruangan, meninggalkan proses wawancara di tengah-tengah. Ya ampun. Ternyata lebih tidak profesional dia!

Oh aku tidak kuat ingin tertawa. Dan tawaku akhirnya keluar.

"Wah, April. Tega sekali kamu sama gebetan sendiri. Dia cemburu berat tuh." Ihsan mengompori dari sisi ruangan yang lain.

Tapi sungguh tawaku tidak bisa berhenti.

Oke, aku akan menghampirinya.

Saat pergi keluar, Cakra tidak ada di sekitaran sana. Di ruang kelasnya pun tidak ada. Di ekskulnya pun tidak nampak.

"April."

Tahu-tahu, dia sudah berada di belakangku.

Kayak hantu saja.

Aku berbalik, dan kini kami berdiri berhadapan.

"Aku masih suka sama kamu kok, Cakra. Meski harus dipasangin buat nyanyi berdua sama—"

"Anu."

"Apa? Udah siap nembak aku?"

Woah, aku keren sekali!

April begitu—

"Are you okay?"

.
.
.

Air mataku langsung turun.

cakra & april. [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang