how about this relationship?

62 8 156
                                    

—cinta yang terbalaskan juga menyakitkan.

Cakra, aku juga suka kamu.

Apa aku pernah mengatakannya? Apa aku pernah bilang ke dia kalau aku merasakan hal yang sama padanya? Atau, aku terlalu egois?

Sudah berapa kali aku menyakiti Cakra? Sudah berapa kali kami tak bertegur sapa hanya karena aku marah padanya?

Saat mencampakkannya karena menyukai laki-laki lain, saat menghindarinya karena tidak mau dikatakan lemah, saat pergi darinya karena berpikir hal yang tidak-tidak tentangnya.

Seburuk itukah pemikiranku tentang Cakra? Padahal aku menyukainya.

Kenapa aku menyukainya? Karena dia menyukaiku? Oh, sudah banyak laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku, tapi aku malah muak terhadap mereka. Lalu, kenapa saat Cakra bilang suka kepadaku, aku justru merasa senang sekaligus deg-degan.

Why?

Sekali lagi aku bertanya. Kenapa aku bisa sampai menyukai laki-laki sejenis Cakra?

Dia bukan tipeku. Sikap pendiamnyalah yang membuatku merasa tidak mungkin akan suka padanya. Terus, karena dia ganteng? Oh, aku bukan jenis perempuan seperti itu.

Karena dia baik? Hampir semua laki-laki yang kukenal itu baik kok. Karena dia menunjukkan ketertarikannya padaku? Sekali lagi, ada orang lain yang berbuat hal yang lebih kepadaku dibanding dia. Cakra hanya melakukan sesuatu yang sederhana, namun yang tak semua laki-laki lakukan. Apakah karena itu?

Dia yang selalu menggombaliku tanpa sadar di hadapan orang-orang. Dia yang terlalu mengada-ada ketika modus. Dia yang malu namun tetap melakukannya. Telinganya yang selalu memerah. Dia yang sudah menyatakan perasaan sebanyak empat kali—

Ya ampun. Aku tidak kuat. 

Ternyata ... aku benar-benar menyukainya.

Mengenai kejadian kemarin, aku sungguh merasakan takut. Melihat dua orang yang kami kenal melakukan aksi kurang senonoh di hadapan kami berdua, kenapa kalian melakukan itu? Sengaja, ya? Mau manas-manasin kami agar—

Enggak. Aku enggak sudi! Dan terlebih, aku ... takut.

Tiba-tiba aku takut Cakra akan melakukan hal yang sama padaku. Benar-benar takut sampai tubuhku menegang. Walau aku menyukainya, tapi, bukan berarti aku ingin dia melakukan segalanya padaku. Jenis rasa suka seperti itu hanya dilandaskan napsu.

Aku masih punya harga diri. Aku ingin melindungi diriku sendiri. Bukan berarti aku menganggap orang-orang yang punya pacar itu gak punya harga diri. Tahulah, pandangan setiap orang itu beda-beda. Dan aku berpikiran begini.

Aku berkata kepada Cakra kalau aku tidak tahu, apa aku siap berpacaran atau tidak. Sekalipun itu dengannya. Biarpun aku ingin, tapi aku sedikit merasa ragu. Aku takut keputusan kecil seperti itu, akan menjerumuskanku kepada kehancuran. Siapa yang tahu hidup manusia ke depannya? Sekali pun aku yakin, Cakra bukan jenis laki-laki seperti itu.

Cakra itu baik. Terlampau baik. Kadang aku merasa tidak cocok jika bersanding dengannya. Aku masih punya banyak kekurangan, seolah duniaku dan dunianya itu berbeda.

Saat itu ketika melihat Cakra, tubuhku langsung merinding. Entah sepertinya aku berpikir kalau saat itu dia jahat dan akan menyakitiku. Itu makanya aku pergi darinya.

cakra & april. [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang