⏲️|14.| Wawancara Terpaksa ⏲️

850 243 79
                                    

🎼Doa Untuk Kamu-Lagu Aviwkila🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

“Yang seharusnya malu itu mereka karena mereka takut untuk bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Yang seharusnya malu itu mereka karena mereka takut untuk bekerja. Kamu tidak boleh malu dengan pekerjaanmu.  Semua orang pekerja itu adalah mulia.”

⏲️°°°⏲️

Anak REAM sudah berkumpul di warung di depan sekolah. Seperti biasa mereka akan mengadakan rapat setelah selesai melakukan kegiatan sosial. Terhitung donasi yang di kumpulkan kemarin sudah cukup untuk di sumbangkan ke panti asuhan. Siapa lagi yang meminta kalo bukan Alkena.

Usaha dan kerja keras anak REAM terbayar lunas ketika melihat senyum kebahagiaan terpancar dari anak penghuni panti. Kedatangan mereka di sambut hangat dengan pelukan. Jika saja anak muda zaman sekarang memiliki jiwa sosial dan rasa kemanusiaan yang tinggi, maka hak asasi manusia akan terjamin.

Sekali lagi rasa kagum mereka begitu besar pada gadis multimedia. Alkena Maheswari kini menjadi nama yang tak asing lagi dalam pembicaraan anak REAM. Gadis kaku sangat pemurah membuat mereka tak henti-hentinya saling berlomba-lomba untuk sekedar menyapa.

Inggit datang bersama Alterio, sendari tadi kuping Inggit terasa panas ketika topik pembicaraan mereka terlalu hiperbola mengenai gadis yang bernama Alkena Maheswari itu. Ditambah lagi Alterio yang mengunggul-unggulkan bagaimana sosok gadis itu. Membuat Inggit sedikit muak.

"Guys gue mau menyumbang suara emas gue di sini!" teriak Ansel setelah menghabiskan es teh pesanannya.

Suara riuh kini menyeruak dalam warung kecil tersebut. Inilah anak muda yang katanya tak ramai tak asik. Mungkin ini menjadi salah satu cara untuk memberikan waktu menyenangkan diri saat pikiran tugas dan praktek yang tak kunjung usai.

"Ehhh, masak gue nyanyi tanpa musik pengiring? Gak afdol Mas!" timpal Ansel lagi ketika melihat antusias anak REAM melempem.

"Nih meja Emak ready pukul di pukul!" Elvan berkata dengan wajah santai tapi pukulan keras.

Prang

"Alhamdulillah wa syukurillah!" kompak anak REAM yang lain.

"Baru ditaruh nih gelas! Pecahkan!" Alterio meratapi gelas yang pecah akibat perbuatan Elvan.

Suara yang cukup keras itu membuat di Emak mendatangi lokasi kejadian. Ada sedikit rasa marah saat mendapati aset warungnya berkurang. Satu gelas kaca akan sangat berharga untuk Emak.

"Yang pecahin siapa?" tanya Emak dengan wajah garang.

"Elvan Mak!" jawab Elvan penuh kesadaran. Sedangkan anak REAM yang lain sibuk menahan tawa.

Raut wajah Emak semakin memerah saat tahu anak sulung itu mengaku. Dihadiahi jeweran keras tanpa aba-aba membuat Elvan meringis kesakitan.

"Gak usah repot-repot Mas Al biar Elvan yang bersihin belingnya!" tegas Emak yang masih sinis pada putra sulungnya.

Rustic Jam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang