⏲️|11.| Ujung Gang Manis ⏲️

930 273 79
                                    

🎼Ujung Aspal Pondok Gede🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

"Penderitaan dan gertakan yang kau berikan tak akan membuat kami gentar, karena kami berhak menyuarakan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Penderitaan dan gertakan yang kau berikan tak akan membuat kami gentar, karena kami berhak menyuarakan!"

⏲️°°°⏲️

Pagi ini suasananya tak enak. Alkena berangkat bersama Agis, rasanya ia ingin menolak ajakan Agis karena tak ingin membuat suasana semakin keruh. Sesampainya di sekolah, gadis itu melihat beberapa siswa menatapnya dengan sinis. Ia sudah menebak hal ini akan terjadi.

"Ehh, tu anak kenapa?" bisik siswa di depan gerbang.

"Korban kekerasan mungkin!" asal ceplos teman di sampingnya.

"Kok Agis mau sih temenan sama orang bermasalah," cibir gadis berambut pirang.

"Jangan-jangan rumornya benar dia bukan cewek baik-baik?" tebak siswa berpita pink.

"Mulutnya bisa di kondisikan? Kalau gak tau apa-apa mending diam." Agis melangkahkan kaki mendekati kumpulan gadis yang mencibir.

Sepanjang perjalanan di koridor tatapan para siswa tak berubah. Alkena sadar banyak yang memperhatikannya, dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Namun langkah keduanya terhenti ketika melihat Elvan dan Ansel berdiri tepat di depannya. Mimik wajah mereka tampak serius.

"Gue sama Elvan mau bicara, dan lo gak usah ikut!" ucap Elvan dan membawa Alkena tanpa penjelasan.

"Gak bisa dong!" Agis menghalangi.

"Masuk kelas Gus, emang lo mau nilai ulangan harian kosong?" ancam Elvan. Dia tahu Agis paling tidak bisa mendapatkan nilai jelek.

"Jangan panggil gue Agus, dan satu lagi masalah keselamatan sahabat gue itu penting!" Suara Agis sedikit mengeras.

"Kamu masuk kelas aja, Gis!" Sela Alkena sebelum keributan terjadi.

"Tapi kan-"

"Kamu mau masalah aku selesai kan?" Binar mata Alkena membuat Agis tak bisa menolak.

"Oke, tapi lo berdua ingat ya gue gak akan tinggal diam kalo sahabat gue lecet seujung jari pun, jangan macam-macam!" tunjuk Agis tak main-main.

"Mending lo masuk kelas, Agus!" dorong Elvan sebagai bentuk pengusiran.

"Gue bisa jalan sendiri papan baliho, dan jangan sentuh-sentuh kulit gue alergi," Elvan hanya memincingkan mata.

"Lebay!" Seru Ansel melihat Agis.

Ketiga anak SMK itu berjalan menuju ruang bimbingan konseling. Tak mungkin mereka membolos sekolah, untuk itu mereka berinisiatif meminta izin. Tanpa sengaja Ansel memandangi Alkena dan teringat pada sosok pacarnya.Mungkin ini yang dinamakan kebetulan.

Rustic Jam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang