⏲️|36.| Gejala Mati Rasa ⏲️

560 110 71
                                    

🎼 Mencintaimu Sampai Mati - Utopia🎼

___⏲️⏲️⏲️___
__⏲️⏲️__
_⏲️_
_

"Aku pandai menutup luka hingga hampir mati rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pandai menutup luka hingga hampir mati rasa. Untuk itu tolong jangan patahkan lagi kepercayaanku untuk kesekian kalinya."

⏲️°°°⏲️

Fajar menyingsing tinggi, cuaca pagi ini cukup cerah. Di rumah beranggotakan 5 orang itu selalu saja ada keributan kecil. Alkana berusaha duduk tenang dengan menyeduh teh hijau.

Helena masih sibuk berkutat di dapur. Jangan tanyakan Alkuna di mana! Jelas di hari sepagi ini ia masih bergelung dengan selimut tebal hangat. Berbeda dengan Alkena yang sibuk membantu Finda mengemasi barang bawaan ke sekolah.

"Finda udah masukin bekal belum?" tanya Helena sembari melepas apron.

"Udah Ma tadi di bantu Bunda kok." Finda masih saja menjadi anak penurut.

"Panggil Ayah gih makanan udah siap." perintah Helena pada putri semata wayangnya. Dengan cepat Finda berlari ke ruang tamu.

"Mau kemana Wa? Makanya udah siap ayo makan dulu." Helena mencegah Alkena yang akan pergi.

Alkena berbalik, "Mau bangunin Una dulu Mbak, kasihan kalo nanti dia kesiangan." ujar Alkena lemah lembut tanpa ada nada kebencian.

"Udahlah Wa. Biarin aja dia telat biar tau rasa lagian udah tau ada urusan pagi-pagi kenapa gak ada inisiatif bangun pagi."

Bukan apa-apa hanya saja Helena lama-lama sebel sendiri melihat Alkena begitu baik pada adiknya tapi Alkuna tak pernah tahu terima kasih.

Dia juga bingung Finda saja yang umurnya baru 6 tahun oke-oke saja bangun sendiri. Lah ini anak gadis udah mau menginjak 17 tahun gak tahu waktu.

Otak boleh pintar tapi tak produktif di rumah. Miris saja melihatnya, jika di sekolah mungkin Alkuna terlihat seperti anak yang rajin. Padahal zonk kalau di rumah.

"Gak bisa Mbak hari ini Una mau check out buat lomba olimpiade kalau telat gimana?" Alkena masih teguh pendirian tapi wajahnya masih datar.

"Wa, itu risiko dia. Udah tau ada acara kenapa gak bangun? Udahlah gak usah di bangunin keterusan nanti." Helena menuangkan susu ke beberapa gelas berkata penuh emosi.

Alkena tak menggubris perkataan kakak iparnya, derap langkah kakinya menuju kamar Alkuna. Mau bagaimanapun Alkena harus bisa mengayomi adiknya. Cepat atau lambat bisa saja mereka hidup terpisah.

Ia tak mau mensia-siakan waktu untuk bersama adiknya. Bagi Alkena mau sejahat apapun Alkuna ia akan tetap menjadi adik terbaiknya. Kebahagiaan Alkuna juga kebahagiaan Alkena.

Kursi makan sudah terisi tinggal dua slot untuk Alkena dan Alkuna. Berbagai menu makan sudah tersaji mungkin sebentar lagi dingin. Alkena tak kunjung menampakkan diri dengan Alkuna.

Rustic Jam [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang