Simulacrum 9 : Proximity

266 50 3
                                    

'Saya nggak takut sama kakak,jangankan sama kakak yang sedikit ada tawa. Titisan arca yang batu aja saya lawan apalagi kakak'
-Zenia Adriana-

***

Pria berjas coklat itu tampak tenang dengan buku yang dia baca sembari menunggu sarapannya disiapkan. Dia melirik sejenak kala ponselnya bergetar pelan,tanda bahwa ada yang mengiriminya pesan.

Putra tunggal keluarga Aldebaran, Jeffrey Aldebaran mendesah pelan. Apalagi sekarang ??

Dad
'Papa nggak tahu kapan kamu akan membuka ini tapi besok malam kamu akan ikut sama papa ke pesta kolega papa'

Tanpa ada niatan membalas,Jef kembali meletakkan ponselnya dan fokus pada makanan yang baru saja dihidangkan didepannya. Toh tanpa balasan pun dia yakin papanya akan tetap datang kemari dan memaksanya.

"Bi,besok bibi nggak perlu masak makan malam untuk saya. Papa mengajak saya pergi ke pesta koleganya,jadi saya akan langsung kelokasi aja dibanding pulang ke apartemen..." Ujar Jef pada pembantunya.

Wanita paruh baya itu mengangguk pelan.

"Apakah ingin saya siapkan pakaiannya Tuan ??" Balas sang pembantu.

Jef menggeleng pelan.

"Saya akan menyiapkannya sendiri bi, terimakasih..." Balas Jef dan fokus pada makanannya.

***

SMA Angkasa II

Zenia menghela pelan,kenapa papanya harus menyekolahkan dia ditempat sama seperti Rey. Dia tidak suka sekolah ini dan akan selalu demikian. Bukan karena takut kembali dibully tapi kesal saja. Kenapa orang kaya selalu bertindak sesuka mereka ??

Kesetaraan seakan sudah tidak berlaku disini. Dia lelah karena harus beramah tamah pada orang yang hanya mengenalnya sebagai adik dari Rey dan salah satu putri pemilik perusahaan ternama dibeberapa negara.

"Kenapa Ze ?? Kok kelihatan nggak mood gitu ??" Ujar Jane pada Zenia.

Zenia menggeleng pelan.

"Agak nggak suka aja sama sekolah ini. Kenapa mereka yang kaya selalu bertindak berkuasa ?? Hanya karena mereka memiliki banyak uang ?? Toh itu juga bukan uang mereka. Gue masih bertanya-tanya apakah jika kemarin gue anak orang miskin terus kena bullying apakah pihak sekolah akan tetap bertindak ??" Balas Zenia pada ketiga sahabatnya yang sekarang menatapnya heran.

"Kenapa harus berpikir sejauh itu sih Ze ?? Mau lho kaya atau enggak kalau yang namanya bullying itu nggak bisa dianggap remeh..." Balas Lyli.

Zenia berdecak.

"Kalau nggak bisa dianggap remeh kenapa nggak ada yang berani membela cewek kemarin ?? Kalian bahkan diam seakan kejadian itu tidak pernah ada..." Balas Zenia.

Teresa menghela.

"Ada 3 kelompok terkenal disekolah kita Ze. Pertama kelompok kakak lho, kelompok Kak Bastian sama yang terakhir kelompok cewek yang kemarin ngebully lho itu..." Jelas Teresa.

Zenia tampak tenang lalu ingat bahwa dia mendapatkan undangan dari papanya kemarin malam dan mengatakan bahwa papanya dan papa Rey akan mengadakan pesta penyambutan kolega-kolega baru.

"Kalian ada acara nggak besok malam ??" Ujar Zenia.

Ketiga sahabat Zenia menggeleng serentak.

"Bagus deh kalau begitu,besok kalian datang ya ke acara pesta penyambutan kolega baru papa gue. Acaranya jam 7 malam nanti kita balik duluan aja,nginep di rumah Kak Rey dikamar gue sambil marathon film. Gimana ??" Balas Zenia.

Simulacrum (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang