18

785 93 18
                                    

"kamu yakin mau tetep tinggal di vila bareng aku Ti?"

"iya Al, kamu ga keberatan kan?"

"Ya engga keberatan dong Ti, tapi Lily.."

Raut wajah Alya berubah sendu, sebelum nya ia sudah berterus terang kalau Lily kabur dan Alya pun tak tahu kemana perginya Lily.

"Aku yakin bisa buat Lily kembali lagi Al, dulu Lyodra yang terus menyakinkan aku buat bisa nerima dia jadi adek aku, sekarang mungkin Tuhan mau aku merasakan apa yang Lyodra rasakan saat itu, sekarang aku yang harus berjuang"

"Kamu yang sabar ya, jangan sungkan untuk cerita, jangan di pendam sendiri"

Tiara hanya tersenyum dan mengangguk, walaupun akan terasa berat hari-harinya tanpa Lily dan juga Anrez.

"oy, udah siap belum" ucap Ziva yang langsung saja masuk tanpa permisi.

"udah ko, yuk" sahut Alya.

"eh bentar, gue punya kado buat Tiara" ucap Ziva.

Tiara mengerutkan keningnya, ia tak merasa sedang berulang tahun saat ini.

"nih, buka dulu.. udah gitu kita cabut balik" ucap Ziva

Tiara hanya bisa menuruti saja dan mulai membuka sebuat kotak pemberian Ziva.

"Ziv.."

Tiara terkejut saat melihat isi dari kotak itu, matanya berkaca-kaca saat ini.

"ga ada lagi melodi terakhir di hidup lo Ti, lo harus ciptain melodi baru di hidup lo" ucap Ziva, ia menatap tulus pada sahabatnya itu.

Tiara meraba halus biola pemberian Ziva, alat musik yang selalu mengingatkan nya pada sang ibu juga Lyodra. Lyodra sangat suka saat melihatnya bermain biola.

"Ya udah yuk pulang" Alya mencoba mencairkan suasana walaupun tak bisa di pungkiri jika ia pun ikut sedih saat melihat Tiara menangis.

****

"Mau apa kamu kesini?"

"Ma, Anrez ga mau jadi anak durhaka"

"Bagus, berarti kamu mau kan menikah dengan wanita pilihan mama"

Anrez tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.

"Ma, menikah itu bukan sekedar hanya untuk keturunan, mama mau Anrez bahagia kan?  kebahagiaan Anrez cuma ada di Tiara ma"

"Dia ga bisa kasih kamu kebahagiaan, bahkan untuk menjaga anak nya sendiri aja dia ga bisa, dan sekarang apa, dia ninggalin kamu kan"

"Tapi ma..."

"udah..udah, mama ga mau bahas dia lagi"

Anrez menghentakan kakinya dengan kesal saat ibunya pergi begitu aja.
Ia sudah sangat merindukan Tiara tapi Alya tetap tak mau memberitahu keberadaan Tiara sebelum ia bisa meyakinkan ibunya.

***

Lily berjalan menyusuri jalanan, berharap ia bisa menemukan pekerjaan atau hal yang bisa membuatnya lupa pada masalah-masalah yang seringkali menganggu pikiran nya.

"Ya Tuhan, susah banget cari kerja jaman sekarang, ukulele ketinggalan lagi, jadi ga bisa ngamen deh" keluh Lily peluh nya bercucuran karena hari ini cuaca sangatlah panas.

Lily tersentak kaget saat ia merasa dingin di pipinya, ia pun langsung menoleh ke atas, nampak Samuel yang tengah tersenyum sambil menempelkan sebotol minuman dingin di pipi Lily.

"gue tau lo haus, nih minum" ucap Samuel lalu duduk di samping Lily.
Lily tak banyak bicara tapi ia menerima minuman pemberian Samuel.

"ngapain sendirian panas-panasan gini?" tanya Samuel, matanya terlihat lebih kecil karena terik matahari yang menilaukan matanya.

Melodi TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang