Huang Zixia kembali ke rumah Zhou Ziqin untuk mengganti pakaiannya, setelah selesai mengganti pakaiannya, Huang Zixia kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada Zhou Ziqin, membawa tengkorak milik Zhou Ziqin itu, dan bersiap untuk kembali ke Istana Pangeran Kui.
Ketika Zhou Ziqin mengantar Huang Zixia keluar rumah, Zhou Ziqin tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kepada Huang Zixia, "Apakah kau akan memberitahu Pengadilan Pusat mengenai masalah Di Cui dan Kakak Zhang'er?"
Huang Zixia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku belum siap untuk memberitahukan semua itu kepada Pengadilan Pusat."
Zhou Ziqin menghela napas lega, dan berkata, "Ya, nasib Di Cui ... sungguh sangat menyedihkan."
"Jika kau membunuh orang karena merasa kasihan, lalu apa gunanya hukum di Pengadilan?" kata Huang Zixia pelan, sambil menatap matahari di langit yang sudah condong ke arah Barat, Huang Zixia terdiam sejenak, kemudian kembali berkata, "Tetapi Di Cui dan Kakak Zhang'er, meskipun sekarang ada kecurigaan yang mengarah kepada mereka berdua, akan tetapi tidak ada bukti yang pasti. Oleh karena itu, tidak tepat jika langsung membawa mereka berdua ke Pengadilan Pusat untuk diinterogasi."
Zhou Ziqin menghela napas dan menatap Huang Zixia dengan cemberut karena merasa tertekan.
Huang Zixia berhenti mengabaikan Zhou Ziqin dan berkata, "Ini adalah kasus pembunuhan, jangan terburu nafsu. Aku akan memberitahu Pengadilan Pusat untuk terus mengawasi Lu Zhiyuan, Di Cui, dan Kakak Zhang'er. Kau tidak boleh memberitahu siapapun!"
"Ya ..." Zhou Ziqin menatap Huang Zixia dengan sedih ketika Huang Zixia membawa kantung yang berisi tengkorak kepala yang didapatkan oleh Zhou Ziqin itu, dan ketika Huang Zixia menghilang dari pandangan Zhou Ziqin, Zhou Ziqin tidak bisa menahan diri untuk merasa semakin tertekan.
Huang Zixia membawa kantung yang berisi tengkorak kepala itu kembali ke Istana Pangeran Kui, begitu penjaga pintu gerbang melihat Huang Zixia turun dari kereta, penjaga pintu gerbang itupun dengan cepat menghampiri Huang Zixia dan dengan penuh semangat mengambil kantung yang dibawa Huang Zixia di tangannya itu, "Kasim Yang, kau sudah kembali! Pangeran sudah lama menunggumu!"
"Tidak, terima kasih, aku akan membawanya sendiri." Huang Zixia dengan cepat menyimpan kantung yang dibawanya itu – omong kosong! Jika orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam kantung itu, bukankah Huang Zixia akan dianggap gila oleh orang-orang yang tinggal di Istana Pangeran Kui itu?
"Pangeran sedang menungguku?"
"Benar, pada awalnya aku mengatakan pada Pangeran bahwa aku akan menunggumu kembali dan memberitahumu untuk pergi ke Balai Jing Yu, tetapi kau tidak juga kembali, maka Pangeran langsung pergi ke pos penjaga dan menunggumu di sana."
Huang Zixia terkejut, Huang Zixia tidak tahu apa yang begitu penting sehingga Li Shubai duduk di pos penjaga dan menunggunya di sana. Huang Zixia dengan cepat berlari sambil membawa bungkusan yang berisi tengkorak kepala itu, dan Huang Zixia melihat beberapa orang pengawal yang berdiri gemetar, sementara itu Pangeran Kui duduk sendirian di dalam pos penjaga sambil membaca sebuah dokumen, dan hanya tersisa beberapa lembar pada tumpukan dokumen yang sangat tebal yang sedang dibaca oleh Li Shubai itu.
Huang Zixia dengan cepat melangkah maju ke depan dan memberi hormat kepada Li Shubai, "Hamba pantas mati."
Li Shubai mengabaikan Huang Zixia, membalik halaman dokumen yang dibacanya itu perlahan, dan kemudian bertanya, "Apa kesalahanmu?"
"Hamba ... lupa dengan apa yang diperintahkan oleh Pangeran ... tadi malam."
"Apa itu?" Li Shubai kembali membalik halaman dokumen yang dibacanya itu perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)
Mystery / ThrillerPetir yang ada di langit menyambar seorang kasim yang tinggal di Istana seorang Putri hingga tewas, layaknya karma yang diterima oleh kasim itu. Dalam suatu musibah, secara tidak sengaja ditemukan bahwa peristiwa meninggalnya seorang warga sipil bia...