Bab 2: Guntur dan Badai Petir yang Terjadi Selama Dua Hari - bagian 1

259 23 2
                                    

Dinasti Tang yang Agung, Chang'an.

Kota yang paling makmur di dunia pada saat ini. Kota yang pada awalnya sangat sederhana ini, berkembang menjadi kota yang sangat makmur pada generasi sekarang ini. Pada zaman Xiantong, tempat ini telah berkembang menjadi romantis dan mewah.

Dan di jantung kemewahan ini, terdapat Kuil Jianfu, yang terletak di sebelah Selatan Alun-alun Kaihua yang berada di tengah-tengah kota Chang'an di Dinasti Tang yang Agung ini.

Kuil Jianfu merupakan bekas kediaman Kaisar Yang dari Dinasti Sui dan Kaisar Zhongzong dari Dinasti Tang. Kaisar Wu Zetian kemudian mendedikasikan kediaman itu sebagai Kuil Buddha untuk mendoakan keberuntungan bagi mendiang Kaisar Gaozong. Masih terdapat bunga-bunga yang terkenal, pohon-pohon kuno, paviliun dan teater di kuil itu yang masih tetap sama seperti di masa lalu.

Hari ini adalah hari ke-19 di bulan ke-6, hari dimana Guanyin diangkat menjadi Buddha. Banyak orang yang berdatangan ke Kuil Jianfu, dan saling berdesak-desakkan. Kuil Jianfu ini terkenal dengan airnya yang istimewa, meskipun terdapat dua ratus anak tangga yang menuju ke kolam pelepasan, akan tetapi hal itu tidak menghalangi para pria dan wanita untuk membeli segala jenis ikan kecil untuk dilepaskan di kolam pelepasan. Hal ini membuat kolam pelepasan menjadi ramai, dan kuil serta kolam pelepasan yang pada umumnya sudah ramai itu menjadi semakin ramai karenanya.

Cuaca terasa sangat panas, dan hujan tidak turun untuk waktu yang sangat lama, dan seluruh Chang'an-pun terasa sangat panas. Orang-orang berkeringat deras, tetapi mereka masih mampu untuk saling dorong-mendorong maju ke depan untuk meletakkan ikan yang mereka bawa di kolam pelepasan.

Di tengah-tengah kerumunan orang-orang itu, di sebuah sudut di teras belakang Kuil Jianfu, terdapat sebuah pohon delima dengan bunganya yang lebat yang berwarna cerah dan terang menyala, di bawah pohon itu, ada seorang pria muda berpakaian warna biru air yang sedang berdiri tegak. Pria itu menatap kerumunan orang-orang yang ada di depannya, tanpa mengucapkan sepatah katapun terdapat aura keanggunan dan kemuliaan pada diri pria itu, sehingga cuaca yang sangat panas ini menjadi sedikit agak dingin karenanya.

Mata pria itu tertuju pada kerumunan orang-orang yang berisik di hadapannya itu, dan memperhatikan kerumunan orang-orang yang mencoba untuk masuk ke dalam kolam pelepasan. Di antara kerumunan orang-orang itu, ada satu orang yang menonjol. Bukan karena orang itu terlihat bagus atau tampan, tetapi karena orang itu mengenakan jubah panjang berwarna kuning aprikot yang sangat cerah, warna kuning yang cerah dan cantik itu terlihat mencolok diantara kerumunan orang-orang itu.

Ketika pria berpakaian kuning cerah itu itu mendorong ke depan dengan sekuat tenaga diantara kerumunan orang-orang itu, pria itu menoleh dan berkata, "Chonggu, jalan terus, jangan keluar dari kerumunan orang-orang ini!"

Di belakang pria itu ada seorang kasim kecil yang mengenakan pakaian yang terbuat dari kain kasa berwarna merah, fitur wajahnya sangat bersih dan tubuhnya ramping. Kasim itu tidak mengenakan penutup kepala, rambutnya digulung membentuk sanggul, dan pada rambutnya itu terdapat tusuk kundai perak dengan batu giok yang diukir dengan pola bergulir.

Kedua orang itu, tentu saja, adalah Zhou Ziqin dan Huang Zixia.

Pada saat ini, kedua orang itu tengah memegang daun teratai besar di tangan mereka sama seperti yang lain, dan pada daun teratai itu terdapat ikan yang siap untuk dilepaskan. Tetapi kerumunan orang-orang yang begitu padat itu membuat Huang Zixia sulit untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, wajah Huang Zixia yang kecil seperti kelopak teratai dengan dagu yang lancip itu berkerut ketika Huang Zixia mencoba melindungi daun teratai yang ada di tangannya itu agar semua air yang ada pada daun teratai itu tidak tumpah keluar.

Li Shubai yang berdiri di bawah pohon delima memperhatikan kekacauan yang dihadapi oleh Huang Zixia dan Zhou Ziqin itu, dan tanpa berkata-kata mengalihkan pandangan matanya itu ke langit yang ada di atas kepalanya itu.

The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang