Huang Zixia mendengarkan percakapan antara Zhou Ziqin dan Wang Yun itu sambil memegang lentera dan melihat ke sekeliling ruangan.
Seperti yang dikatakan oleh Zhou Ziqin, rumah Sun Laizi itu terbuat dari tanah Pasir Kuning khas Utara yang sudah bobrok, jika digambarkan, rumah Sun Laizi itu merupakan rumah dengan empat dinding. Sebuah tempat tidur berkaki rendah yang dipenuhi dengan barang-barang yang berantakan ada di depan pintu, tempat tidur itu hampir persis diletakkan di seberang pintu. Rumah itu bahkan tidak memiliki meja. Terdapat tungku di pojok kiri ruangan, di atas tungku itu ada dua atau tiga buah tempayan dari tanah liat yang sudah retak, dan di samping tungku itu terdapat tumpukan kayu bakar dan tempayan wadah beras yang sudah pecah yang berserakan. Di sebelah kanan terdapat bangku yang sudah rusak yang diletakkan di dekat tembok, di depan bangku yang sudah rusak itu diletakkan meja setinggi dua kaki, dan di atas meja itu terdapat tumpukan berbagai jenis kain perca.
Huang Zixia terlebih dulu memeriksa abu yang ada di tungku itu, dan tidak menemukan adanya dupa wangi di sana, maka Huang Zixia pun kemudian menghampiri meja setinggi dua kaki itu dan memeriksa barang-barang yang ada di atas meja itu. Yang terburuk adalah barang-barang yang biasa digunakan setiap hari seperti keranjang, batu api, dan lain-lain, semuanya itu sebagian besar sudah tertutup oleh debu.
Huang Zixia kembali menghampiri ranjang itu lagi, berjongkok dan memeriksa ranjang itu. Karena banyak barang di dalam rumah itu, maka tempat tidur itu ukurannya sangatlah kecil, kira-kira seukuran pintu rumah. Tetapi di atas tempat tidur yang seukuran pintu itu, terdapat banyak barang yang menumpuk di sana, ada beberapa pakaian yang sudah robek, gunting yang sudah berkarat, batu untuk mengasah pisau, dua ikat kertas kuning, dan juga sebuah botol berbentuk labu air.
Di atas lantai yang ada di depan tempat tidur itu, ada beberapa benda yang berserakan di sana, seperti bantal kayu, pecahan genteng hitam, beberapa gulungan mugwort yang terbungkus daun teratai kering, dan lain-lain.
Huang Zixia sedang sibuk memeriksa, di belakang Huang Zixia, Kepala Desa datang menghampirinya. Huang Zixia tidak sempat membersihkan wajahnya yang kotor itu, dan Huang Zixia pun menganggukkan kepalanya kepada Kepala Desa yang baru datang itu, "Tiga orang petugas, bukankah para petugas pergi begitu saja setelah melakukan penyelidikan? Mengapa kalian harus kembali datang di tengah malam seperti ini untuk kembali melakukan penyelidikan ..."
Zhou Ziqin menepuk dadanya dengan bangga, "Kami mendapatkan gaji dari Kaisar dan kami setia kepada Kaisar dengan cara rajin bekerja. Kami melakukan tugas kami dengan penuh kesetiaan dan integritas yang tinggi, apakah ada yang salah jika kami bekerja di tengah malam? Di mana ada mayat ... oh bukan, maksudnya di mana ada ketidakadilan, di situlah ada kami!"
Kepala Desa itu merasa sangat kagum dengan kata-kata yang diucapkan oleh Zhou Ziqin itu, maka Kepala Desa itupun dengan cepat memberi hormat kepada Zhou Ziqin, "Benar sekali, Tuan!"
Huang Zixia menatap Zhou Ziqin dengan putus asa, kemudian Huang Zixia menunjuk benda-benda yang ada di atas tempat tidur Sun Laizi itu dan bertanya kepada Kepala Desa, "Tuan, apakah anda tahu benda apa saja yang ada di atas tempat tidur Sun Laizi ini?"
Kepala Desa itu menoleh untuk melihat benda-benda yang ditunjukkan oleh Huang Zixia, dan seketika itu juga ekspresi Kepala Desa itupun menjadi muram, "Aku tahu, bukankah benda itu hanyalah itu saja."
"Itu?" tanya Zhou Ziqin dengan cepat.
"Bukankah Sun Laizi melakukan kejahatan yang sangat terkenal sebelumnya? Kemudian entah bagaimana, Sun Laizi tidak dituntut. Sun Laizi bahkan masih dengan bangganya memamerkan perbuatannya itu kepada orang-orang. Sun Laizi itu benar-benar sudah mempermalukan tempat ini! Hingga beberapa hari yang lalu, ketika terjadi kebakaran di kuil, seorang Kasim dari kediaman Putri Tongchang terbakar sampai mati. Kemudian Sun Laizi pun menjadi panik. Sun Laizi khawatir jika dia juga akan mendapat murka dari Tuhan. Maka Sun Laizi pun pergi ke banyak tempat untuk mendapatkan sesuatu yang bisa digunakan untuk menangkal semua hal buruk yang mungkin akan terjadi kepadanya itu. Lihatlah, Tuan! Ubin ini basah oleh darah anjing hitam, ini adalah kertas kuning yang sudah disemprot dengan air yang mengandung jimat, dan ini adalah gunting untuk pertahanan diri ... dan lihatlah di dinding itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)
Mystery / ThrillerPetir yang ada di langit menyambar seorang kasim yang tinggal di Istana seorang Putri hingga tewas, layaknya karma yang diterima oleh kasim itu. Dalam suatu musibah, secara tidak sengaja ditemukan bahwa peristiwa meninggalnya seorang warga sipil bia...