Tiba-tiba saja Huang Zixia teringat peristiwa empat tahun yang lalu, sepertinya saat itu sama dengan yang dialaminya saat ini. Pada waktu itu Huang Zixia bertelanjang kaki di kolam teratai untuk memetik bunga teratai. Kemudian, terdengar suara Ayahnya memanggilnya. Huang Zixia berbalik, dan melihat di belakang Ayahnya, dalam warna emas dan ungu matahari yang terbenam, Yu Xuan, diam-diam mengawasi dirinya.
Momen pada saat Yu Xuan memperhatikan dirinya sambil tersenyum itu, telah mengubah hidup Huang Zixia.
Huang Zixia tiba-tiba saja merasa sedikit rapuh, maka dia pun membiarkan dirinya duduk di tepi kolam, dan menatap permukaan air dalam diam dan linglung untuk sementara waktu.
Pada saat itu, Ayah Huang Zixia membawa Yu Xuan pulang ke rumahnya, dan mengatakan kepada Huang Zixia bahwa Yu Xuan adalah seorang anak yatim piatu. Kedua orang tua Yu Xuan telah meninggal, dan Yu Xuan tinggal di sebuah kuil yang sudah rusak. Teman sekelas Ayah Huang Zixia di sekolah mereka dulu, membuka sebuah sekolah dan menemukan seorang pengemis yang selalu datang ke bawah jendela sekolahnya itu untuk mendengarkan pelajaran. Teman Ayah Huang Zixia itu kemudian mengajukan beberapa pertanyaan, dan Yu Xuan dapat menjawabnya dengan sangat mengagumkan. Teman Ayah Huang Zixia itupun merasa sangat terkesan karenanya. Teman Ayah Huang Zixia itu juga bertanya, bagaimana Yu Xuan bisa membaca dan menulis? Yu Xuan mengatakan bahwa dia menemukan beberapa lembar kertas sebelumnya, seseorang mengatakan bahwa lembaran kertas yang ditemukan oleh Yu Xuan itu merupakan Seribu Karakter Klasik, yaitu puisi abad ke-6 yang digunakan sebagai buku bacaan tradisional. Kebetulan guru di sekolah tersebut baru saja mengajarkan Seribu Karakter Klasik, maka Yu Xuan pun membandingkan dan mengikuti contoh yang diajarkan oleh guru tersebut dengan lembaran yang dia temukan sebelumnya, kemudian menghafalkan karakter-karakter yang tertulis pada lembaran yang dia temukan tersebut. Setelah Yu Xuan selesai mempelajari Seribu Karakter Klasik tersebut, dia meminta buku-buku bekas yang hendak dibuang oleh orang. Berdasarkan beberapa karakter yang sudah dipelajarinya sendiri, Yu Xuan pun mempelajari Empat Kitab dan Lima Klasik secara bertahap. Ketika teman Ayah Huang Zixia mendengar semua itu, dia pun terkejut dengan kejeniusan Yu Xuan. Teman Ayah Huang Zixia ini kemudian menceritakan hal tersebut kepada Ayah Huang Zixia. Ayah Huang Zixia lalu mencari Yu Xuan dan bertemu dengannya. Ayah Huang Zixia terkesan dengan bakat yang dimiliki oleh Yu Xuan tersebut, sehingga beliau pun membawa Yu Xuan pulang ke rumahnya.
(Catatan: Empat Kitab dan Lima Klasik merupakan 2 jenis dari Kitab Suci Agama Konghucu. Lima Klasik disebut juga kitab dasar karena merupakan sumber dari Empat Kitab. Sedangkan Empat Kitab biasa disebut juga dengan kitab yang pokok karena berisi pokok-pokok dari ajaran Konghucu.)
Ya, Yu Xuan, pemuda miskin berdebu seperti itu, siapa yang tidak kasihan kepadanya?
Huang Zixia duduk di tangga, membenamkan wajahnya ke dalam pangkuannya, dan diam-diam memperhatikan penutup teratai di depannya yang bergerak-gerak karena tertiup angin malam.
Angin malam itu terasa sejuk, malam telah tiba, daun-daun teratai itu bergoyang bagaikan ombak ketika angin berhembus ke arahnya.
Hati Huang Zixia, juga bagaikan ombak yang pasang surut, tidak bisa tenang.
Yu Xuan berkata, aku menunggumu di Yizhou.
Namun, orang yang setuju untuk membawanya ke Yizhou, sekarang, seharusnya dia marah.
Dan pasti sangat marah.
Huang Zixia tanpa sadar menghela napas pelan.
Meskipun Huang Zixia tahu bahwa Li Shubai pasti tidak akan mengingkari janjinya kepada Huang Zixia karena masalah ini, tetapi Huang Zixia tidak mau membuat Li Shubai merasa tidak senang karena dirinya.
Karena ...
Huang Zixia memikirkan apa yang dikatakan Li Shubai kepada dirinya, Li Shubai mengatakan, seekor ikan kecil hanya dapat mengingat tujuh jentikan jari, apakah kau memperlakukan ikan itu dengan baik, atau memperlakukan ikan itu dengan buruk, setelah kau menjentikkan jarimu sebanyak tujuh kali, ikan itu akan melupakan apa yang sudah kau lakukan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)
Tajemnica / ThrillerPetir yang ada di langit menyambar seorang kasim yang tinggal di Istana seorang Putri hingga tewas, layaknya karma yang diterima oleh kasim itu. Dalam suatu musibah, secara tidak sengaja ditemukan bahwa peristiwa meninggalnya seorang warga sipil bia...