Bab 9: Jejak Bunga Poplar - bagian 2

154 20 6
                                    

Semua orang sibuk menyajikan air dan teh untuk Li Shubai, layaknya melayani seorang penyelamat. Huang Zixia, seorang kasim kecil yang baik, tidak ada yang bisa dilakukan oleh Huang Zixia itu sendiri.

Karena tidak ada yang bisa dilakukan oleh Huang Zixia, maka Huang Zixia pun menggambar tata letak Kuil Jianfu dengan menggunakan tusuk kundai yang ada di kepalanya itu, dan memperkirakan situasi yang terjadi pada saat itu.

Ketika lilin raksasa yang ada di kuil itu disambar petir dan meledak, salah seorang tersangka, Lu Zhiyuan, berada di rumahnya, dan ada banyak orang seperti para tetangga dan Tabib yang dapat membuktikan kesaksian Lu Zhiyuan itu, jadi pada dasarnya kecurigaan terhadap Lu Zhiyuan itu bisa disingkirkan. Kecuali, jika Huang Zixia bisa mencari tahu bagaimana cara Lu Zhiyuan dapat mencelakai Wei Ximin dalam jarak setengah kota Chang'an jauhnya itu.

Tersangka kedua, Zhang Xingying. Pada saat Wei Ximin terbakar, hal itu terjadi tepat ketika Zhang Xingying mengambil topi tirai milik Dicui yang letaknya di dekat lilin raksasa itu. Mungkinkah pada saat itu Zhang Xingying melihat Wei Ximin, dan untuk membalaskan dendam Dicui, maka Zhang Xingying mendorong lilin raksasa tersebut, agar membakar Wei Ximin sampai mati?

Tersangka nomor tiga, Lu Dicui. Karena Wei Ximin berada di sebelah lilin raksasa itu, pada saat yang bersamaan Wei Ximin pasti juga tidak berada jauh dari Dicui. Dicui telah membuat lilin selama bertahun-tahun di rumahnya, mungkinkah ada cara untuk membuat lilin raksasa yang ada di sebelah Wei Ximin itu meledak dalam waktu yang singkat?

Huang Zixia memikirkannya sebentar dan mengambil kemungkinan keempat, Zhang Xingying dan Lu Dicui bekerjasama untuk membunuh Wei Ximin di Kuil Jianfu.

Setelah merasa ragu-ragu selama beberapa saat, Huang Zixia kemudian menuliskan kemungkinan kelima, yaitu Lu Zhiyuan dan Dicui bersekongkol untuk memainkan sebuah drama di hadapan orang-orang untuk membunuh Wei Ximin.

Tetapi Huang Zixia kemudian memperhatikan kemungkinan yang kelima itu, kembali menghela napas, Huang Zixia pun perlahan-lahan mencoret kemungkinan kelima itu.

Jadi itulah empat hal yang mungkin terjadi hingga sejauh ini.

Huang Zixia kemudian mengeluarkan materi investigasi yang dilakukan oleh Pengadilan Pusat yang diberikan oleh Li Shubai kepadanya, dan Huang Zixia pun memeriksa nama-nama yang tercantum di kertas itu satu-persatu.

Nama-nama itu adalah daftar nama orang-orang yang hadir maupun tidak hadir pada saat kuda milik Wei Baoheng yang sedang diikat itu dicelakai orang. Para penunggang kuda dari Departemen Pertahanan, petugas bersih-bersih lapangan polo, semuanya tercantum di kertas itu. Dan atas permintaan Huang Zixia, orang-orang dari Pengadilan Pusat itu juga sudah memilah-milah siapa saja yang sebelumnya melakukan kontak dengan kuda milik Menantu Laki-laki Kaisar itu.

Akan tetapi, ketika Huang Zixia melihat pada baris atas tertulis kata-kata seperti, "Saya belum pernah bertemu dengan Menantu Laki-laki Kaisar sebelumnya.", "Saya pernah melihatnya di depan pintu gerbang kantor pemerintah.", "Saya sebelumnya pernah memberi makan kuda yang ditunggangi oleh Menantu Laki-laki Kaisar itu.", dan seterusnya. Huang Zixia tidak bisa menahan diri untuk menahan napas dan merasakan kepalanya menjadi sebesar ember karenanya.

"Ada apa? Kau sepertinya terlihat lebih kesal dariku."

Terdengar suara yang dingin dan jernih di belakang Huang Zixia, itu pasti suara Li Shubai.

Huang Zixia berkata dengan putus asa, "Seandainya saja saya bisa seperti anda dan mengenal semua orang di ibu kota ini dengan baik."

"Bagaimana mungkin bisa seperti itu. Ada jutaan orang di ibu kota, bahkan meskipun aku berada di jalanan setiap harinya, aku tetap tidak bisa bertemu dengan begitu banyak orang – dan tidak ada yang benar-benar bisa memahami orang lain, bahkan meskipun kita menghabiskan waktu bersama dengan orang lain sepanjang siang dan malam, tetap saja kita tidak bisa mengenal mereka dengan baik."

The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang