Bab 14: Burung Luan dan Burung Phoenix yang Bercahaya - bagian 3

166 14 7
                                    

Huang Zixia mengangguk dan baru saja hendak mengatakan sesuatu kepada Paman A Yuan, si kusir kereta, ketika tiba-tiba saja terdengar seperti ada keributan di persimpangan jalan yang ada di depan. Paman A Yuan perlahan-lahan menghentikan kereta, dan kereta itupun diam tidak bergerak untuk sementara waktu di persimpangan jalan.

Huang Zixia dengan cepat membuka jendela kecil yang ada di kereta itu dan bertanya kepada Paman A Yuan, "Paman A Yuan, ada apa?"

"Kereta Putri Tongchang menghalangi di persimpangan jalan." Kata Paman A Yuan.

Huang Zixia dengan cepat melompat keluar dari dalam kereta dan pergi untuk memeriksanya.

Tempat itu berada di dekat daerah Pingkang. Jalanan di Kota Chang'an pada dasarnya sangat lebar, tetapi karena ada kegiatan pembersihan saluran air di kedua sisi jalan, juga dengan adanya pohon-pohon Akasia yang sudah tumbuh selama bertahun-tahun yang menjorok ke jalan, maka sebagai akibatnya jalanan itupun menjadi sempit karenanya.

Situasi lalu-lintas di tempat itu sudah sangat parah, akan tetapi siapa yang akan menyangka jika dua seniman dari daerah Pingkang masih saja menyiapkan panggung kecil di persimpangan jalan, untuk memamerkan kehebatan mereka. Pada saat yang bersamaan, terdengar suara alat musik tiup yang bergema, lengan jubah para penari berkibar tertiup angin, dan banyak orang yang tidak terhitung jumlahnya berkumpul di bawah panggung sehingga menghalangi jalan. Dan di tengah-tengah keriuhan itu, kereta Putri Tongchang yang bertatahkan emas dan batu giok, sedang mengangkangi jalan itu, dan sulit untuk bergerak.

Huang Zixia melihat Chui Zhu, Luo Pei, Zhui Yu, dan Qing Bi, mereka semua mengikuti di belakang kereta Putri Tongchang dengan patuh, berada di tengah-tengah kerumunan orang-orang sambil mengerutkan kening, dan berkali-kali para gadis pelayan itu terdesak mundur ke belakang oleh kerumunan orang-orang itu.

Huang Zixia kemudian berjalan menghampiri para gadis pelayan itu dan menyapa mereka di tengah-tengah kerumunan orang-orang, "Kebetulan sekali, apakah Tuan Putri juga ada di sini?"

Sulit bagi Chui Zhu untuk memberi hormat kepada Huang Zixia di tengah-tengah kerumunan banyak orang seperti itu, maka Chui Zhu pun berkata, "Ya, apakah Kasim Yang saat ini bersama dengan Pangeran Kui?"

Huang Zixia menganggukkan kepalanya, dan pada saat yang bersamaan Putri Tongchang mengangkat tirai keretanya dan melirik Huang Zixia. Putri Tongchang yang memang sedari awal memiliki alis mata yang tipis dan tajam itu, sekarang tampak mengerutkan keningnya karena merasa jengkel dan kesal, sehingga Putri Tongchang pun terlihat semakin angkuh tetapi masih tetap terlihat anggun dan elegan, "Kasim Yang, kau juga ada di sini? Dimana para pengawal Istana Pangeran Kui berada? Mengapa kalian tidak segera membubarkan kerumunan orang-orang ini?"

Huang Zixia mendengar ada amarah yang berkobar dalam kata-kata yang diucapkan oleh Putri Tongchang tersebut. Jelas Putri Tongchang sudah melampaui wewenang dengan memberi perintah kepada orang-orang Istana Pangeran Kui. Huang Zixia merasa sedikit putus asa di dalam hatinya, dan Huang Zixia pun hanya bisa berkata, "Saya takut Tuan Putri akan kecewa. Yang Mulia Pangeran Kui baru saja kembali dari Kota Kekaisaran, dan tidak ada seorang pun pengawal yang menemaninya."

"Cih, aku tidak datang lebih awal ataupun terlambat datang. Kebetulan saja keretaku lewat di tempat ini, dan akhirnya terhalang seperti ini!" Sambil berkata seperti itu, Putri Tongchang pun menoleh dan menegur kusir kereta, "Bahkan jika kita memasuki Gerbang Phoenix sekalipun, dan melewati Istana Timur, apakah aku masih tetap tidak bisa untuk bertemu dengan Pangeran?"

Si kusir kereta yang dimarahi oleh Putri Tongchang seperti itu, hanya bisa menundukkan kepalanya dengan patuh.

Huang Zixia sedikit terkejut ketika mendengar Putri Tongchang menyebut-nyebut mengenai Gerbang Phoenix, maka Huang Zixia pun bertanya, "Tuan Putri akhir-akhir ini sedang sakit, bukankah lebih baik untuk memulihkan diri dan beristirahat dengan tenang, mengapa Tuan Putri justru pergi ke Istana Taiji?"

The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang