Bab 19: Seruan Ratusan Tahun - bagian 2

93 16 6
                                    

Huang Zixia merasakan jantungnya berdebar kencang, tetapi kemudian dia berpikir, dia baru saja melihat Yu Xuan keluar, sepertinya Kaisar membiarkan Yu Xuan pergi.

"Aku benar-benar ingin membunuhnya." kata Kaisar. Kemudian Kaisar tertegun sejenak, sebelum akhirnya memiringkan kepalanya, menghela napas panjang, dan berkata, "Tetapi setelah melihat orang itu, entah bagaimana, gagasan untuk membunuhnya itu tiba-tiba saja menghilang."

Li Shubai tidak mengatakan apa-apa, hanya sedikit menoleh, dan matanya tertuju pada peti mati Putri Tongchang.

"Mungkin aku sudah semakin tua, tidak bisa lagi menghancurkan pohon giok dengan begitu kejam." kata Kaisar. Kemudian Kaisar menoleh untuk melihat Li Shubai, "Apakah kau sudah pernah bertemu dengan orang yang bernama Yu Xuan itu?"

"Aku sudah pernah melihatnya. Secara fisik dia begitu elegan dan tampan, tiada bandingnya di dunia ini." kata Li Shubai dengan acuh tak acuh.

Selir Guo duduk di sana dalam keadaan linglung untuk waktu yang lama, entah mengapa tiba-tiba saja dia berdiri, dan dengan cepat berjalan menghampiri peti mati Putri Tongchang, memegang tepian peti mati itu dengan air mata yang mengucur deras.

Li Shubai berkata dengan tenang seperti biasanya, "Kaisar sudah bertindak benar dengan tidak membunuh Yu Xuan. Jika tidak, apabila Yu Xuan menemani Tuan Putri tidur di bawah sana, bagaimana Menantu Laki-laki Kaisar dapat menerimanya?"

Kaisar mengangguk, memejamkan matanya, dan wajahnya tampak lelah.

Huang Zixia berdiri di belakang mereka, dan mendengarkan kata-kata mereka dalam diam. Sore di musim panas itu, jangkrik berderik, dan Huang Zixia mendengar suara Kaisar yang sedikit lemah diantara derik suara jangkrik yang ramai itu, "Besok, Pengadilan Pusat akan mengadakan sidang terbuka untuk kasus ini. Aku sudah memerintahkan, ketika persidangan itu selesai, tahanan akan diseret ke tempat eksekusi, dan dieksekusi dengan hukuman mati."

Li Shubai berpikir sebentar, dan bertanya, "Apakah kasus ini sudah benar-benar dipastikan kebenarannya?"

"Kesaksian dari saksinya juga bukti fisiknya ada di sana."

"Jika pembunuh sebenarnya tertangkap, maka akan dapat menghibur arwah Tongchang di surga." Li Shubai kembali menatap Huang Zixia, dan berkata, "Adik laki-lakimu ini adalah pejabat di Pengadilan Pusat, maka aku juga akan pergi ke sana besok."

"Cuacanya panas, dan jenazah Ling Hui tidak bisa bertahan untuk waktu yang lama. Aku telah memutuskan, bahwa setelah si pembunuh diadili, aku akan mengirimnya untuk sementara ke makam Ayah Kaisar, setelah makamnya dibangun, maka aku akan menguburkannya di tanah."

"Hal itu sangat bagus sekali." kata Li Shubai, kemudian Li Shubai melihat Kaisar bersandar di kursinya, memiringkan kepalanya dan menatap langit, diam terpaku, bahkan Kaisar pun juga sama sekali tidak mengalihkan pandangannya, dan hanya napasnya saja yang menjadi semakin berat.

Li Shubai terdiam untuk waktu yang lama, kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada Kaisar, dan meninggalkan kediaman Putri Tongchang bersama dengan Huang Zixia.

Pada sore hari di musim panas, ibu kota diselimuti dengan suasana yang begitu panas, dan jalanan hampir sepi dari para pejalan kaki.

Di dalam barel es yang ada di kereta, terdapat bongkahan es yang menampilkan ukiran pegunungan tempat tinggal para peri, tetapi bongkahan es tersebut sudah terkikis oleh panas, sehingga ukiran gunung es yang mencair tersebut tidak lagi terlihat seperti peri atau pohon berbunga, hanya menyisakan garis besar dari pegunungannya saja.

Es yang meleleh tersebut menjadi air, dan jatuh menetes ke dalam ember, dengan menimbulkan sedikit suara.

Bahkan meskipun duduk di sebelah bongkahan es tersebut, Huang Zixia masih merasa panas dan sedikit keringat merembes keluar dari punggungnya. Huang Zixia juga merasa tatapan Li Shubai sedang tertuju kepadanya dan sedang mengamatinya, membuat Huang Zixia merasa sangat gugup.

The Golden Hairpin Vol. 2 (Hilangnya Burung Luan Sembilan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang