Bab 20

281 37 3
                                    

"Jalan lihat-lihat bego, mata lo ke mana?"

Bulan mendengar suara seseorang, suara yang ia rasa pernah memasuki gendang telinganya. Suara itu terdengar jelas, padahal ia masih di lantai bawah dan suara itu berasal dari atasnya.

Bulan mempercepat langkahnya. Ia menapaki satu persatu tangga. Langkahnya terhenti, di depannya orang-orang berkerumun.

"Bukannya minta maaf malah nangis lo, cengeng banget jadi orang."

Suara itu berasal dari tengah kerumunan. Bulan memberanikan diri, membelah keramaian. Belum sampai ia melebarkan tangan, semua orang menyingkirkan diri sendiri. Sebegitu jijiknya?

Kenzi, gadis itu memakai seragam sama dengannya. Memakai bertumpuk-tumpuk gelang di lengannya.

Berdiri bak raja dilakukan gadis dengan rambut terikat itu. Di bawahnya seorang gadis berpenampilan berantakan terduduk dengan bahu bergetar.

Seragam gadis itu telah basah beserta rambutnya.

Bulan menatap Kenzi, Kenzi pun balas menatapnya. Kenzi melengos, menendang kaki gadis di bawahnya sebelum pergi.

"Bulan?"

Bulan terkejut melihat kehadiran Shezan. Padahal, sebelumnya ia tidak pernah melihat kehadiran gadis berjilbab ini di sekolah.

"Lo ngapain di sini?"

"Sekolah," Shezan tersenyum Pepsodent, lalu kembali memakan permen lolipopnya.

...

Perjalanan dari kelas ke tempat loker terasa amat jauh. Bulan sendiri, berjalan tegap, pandangannya lurus ke depan. Tidak peduli dengan kata-kata cemooh di sekitarnya.

Loker berjejer di sepanjang lorong khusus. Bulan menghampiri loker dengan nomor 213, ia memutar kunci yang sudah menancap di pintunya.

Bulan tersentak kaget. Menghela nafas panjang ia lakukan. Memandang sedih isi lokernya.

Bukan lagi seragam olahraga yang ia lihat di dalamnya, melainkan sampah. Sampah basah dengan bau menyengat.

"Bulan?"

Bulan terkejut sekali lagi. Ia menengok, Shezan dan Kenzi berdiri berdampingan. Menatapnya kebingungan.

Bulan cepat-cepat menutup lokernya, "Ada apa? Kalian enggak masuk kelas?"

Shezan menggeleng sebelum menatap tubuhnya sendiri. Seketika Bulan merasa bodoh, mereka memakai baju olahraga.

"Kenapa di tutup lagi?" Kenzi menaikkan satu alisnya.

"Enggg.... Enggak papa kok," Bulan tersenyum.

Tiba-tiba Kenzi mendorongnya, untung Bulan dapat menjaga keseimbangan.

Kenzi membuka lokernya tanpa permisi. Sama dengan reaksi Bulan sebelumnya, Kenzi juga tersentak kaget.

"Siapa yang masukin?" Pertanyaan Kenzi membuat Shezan penasaran. Gadis itu menengok ke dalam loker bulan.

"Astaghfirullah, Bulan kamu kenapa buang sampah di sini?" Kenzi menoyor kepala Shezan.

Kenzi mengeluarkan seluruh isi loker itu, semua sampah Kenzi pegang dengan tangan. Tanpa rasa jijik.

"Jangan Ken, bau, nanti tangan lo kotor!" Bulan berucap.

Kenzi tak menghiraukan ucapan Bulan, ia menyelesaikan pekerjaannya. Shezan mengangkat baju olahraga Bulan yang sudah ternoda.

Kenzi melepas kaos olahraganya. Shezan panik, ia menengok ke sekitar, takut ada yang melihat. Ia bisa bernapas lega kala Kenzi memakai kaos putih.

"Nih, pakai!" Kenzi melemparkan kaosnya, mengenai wajah Bulan.

"Lo gimana?"

"Kelas gue udah selesai."

Kenzi melenggang pergi. Berjalan dengan gaya cool, memasukkan satu tangannya ke dalam saku.

Shezan merangkul lengan Bulan, "Ayo aku antar ke toilet!"

...

Vote yuk 🥺
Kritik dan saran dari kalian author terima loh💜

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang