Bab 4

672 112 37
                                    

Mataku terpejam, aku terlelap diselimuti keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku terpejam, aku terlelap diselimuti keheningan. Kelas masih sunyi di jam setengah enam pagi.

Aku tidak ingin lebih lama di rumah. Menambah sesak, membuat batin tersiksa. Apalagi dengan hadirnya seseorang, menjadi tanda lebih hancurnya duniaku.

Seseorang berani mengganggu tidurku dengan menepuk pundakku. Aku mendongak, wajah bak milik seorang pangeran tampan terpajang di depanku.

"Bulan?"

Aku mengedipkan mata beberapa kali, "Ada apa ya?"

"Nanti pulang bareng mau?" Senyumnya membuatku mengalihkan pandang, bisa-bisa aku terkena diabetes.

"Maaf, lain kali saja!"

Aku mengucap syukur saat laki-laki ini tidak mengeluarkan kalimat paksaan, sebab bel masuk telah berbunyi.

"Sudah dulu ya Bulan, kenalin Aska!" Aku menyambut uluran tangannya.

Aku mengangguk, "Tahu."

"Kamu kayak yang lain ya, kirain masih ada yang enggak kenal gue."

Aku menunjuk tanda pengenalnya dengan dagu. Dia tersenyum malu, lalu pergi.

Kelas sudah ramai, namun ketiga temanku belum menunjukkan batang hidungnya. Biasanya mereka sudah di kelas beberapa menit sebelum bel.

Katanya saat sedang dibicarakan dan tak lama orang itu muncul, seseorang itu akan panjang umur. Tapi waktu itu bunda pernah aku bicarakan dan tak lama bunda datang menghampiriku. Bunda sudah tiada sekarang. Apa hal itu tergantung nasib saja?

Sandra duduk di kursi didekatku dan Gena juga Lauren duduk satu bangku di belakangku.

"Banyak yang ngomong soal Lo di depan, katanya Lo di datengin kak Aska, bener?"

Aku mengangguk, "Kak?"

Sandra memasang wajah terkejut, "Lo enggak tahu kalau kak Aska kelas dua belas sekarang?"

Aku menggeleng santai, Sandra memukul lenganku.

"Dia disebut visualnya SMA ini loh, Lo boleh cuekin semua laki-laki kecuali kak Aska."

Percakapan kami diakhiri dengan diamku. Bu Ani selaku guru yang bertugas di jam pertama sudah hadir.

...

"Katanya Lo suka susu coklat." sekotak susu cokelat tiba-tiba ada di depanku.

Aku melihat sekeliling, semua mata melihatku. Bukan aku, tapi laki-laki bernama Aska. Visualnya SMA ini, katanya.

Menyesakkan, jika seperti ini aku merasa ada yang salah dengan diriku. Seperti ada hal aneh yang menempel di tubuhku, hingga semua orang menatapku.

"Makasih."

Melangkahkan kaki menjauhi tatapan tajam dari orang-orang aku lakukan untuk mencegah bukan melarikan diri. Bukannya mencegah lebih baik daripada mengobati?

Seperti biasa, taman tanpa bunga menjadi tempat ternyaman. Sunyi dan sendiri.

Angin berhembus, menggugurkan daun kuning di tengah hijau. Anak rambutku terbang searah dengan arah angin.

Otakku berputar ke belakang. Merangkai puzzle kisah masa lalu, terangkai indah hingga air mata turun.

Kenangan itu indah bila diingat, menyakitkan jika dibandingkan dengan yang kujalani saat ini. Beda jauh, sangat jauh. Tak apa, kenangan itu pembasuh luka dan pengingat bahwa aku pernah bahagia.

 Tak apa, kenangan itu pembasuh luka dan pengingat bahwa aku pernah bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Hai! Assalamu'alaikum.
Terus baca Massa sampai Bulan menemukan bahagianya ya!

Salam sayang.
Author:)

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang