Bab 8

360 70 31
                                    

Aku di sini, di tempat beracun yang menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku di sini, di tempat beracun yang menyenangkan. Tempat di mana orang-orang menghabiskan hasil jerih payah mereka. Uang itu bagai bermain perosotan, mengumpulkannya harus susah-susah naik tangga sedangkan menghabiskannya tinggal duduk saja.

Keramaian ini sungguh kubenci. Suara bising tak mungkin diusir. Jika sendiri di sini mungkin aku akan seperti orang hilang dan aku tidak mau seperti itu. Oleh sebab itu Aska menemaniku.

Faktanya bukan seperti itu. Laki-laki di sampingku ini memaksaku untuk pergi dengannya, menemaninya membeli sepasang sepatu untuk adik perempuannya.

Kami memasuki salah satu toko sepatu. Aku hanya mengikuti kemana Aska pergi.

"Bantu pilih ya, Bulan!" Aska menatapku sebentar sebelum melihat-lihat model sepatu di depannya.

"Selera adik kak Aska gimana?"

"Enggak tahu pokoknya dia kayak laki, galak lagi," ucapnya tanpa melihatku.

"Seperti Gena kan?" Tanyaku, yang mendapat anggukan beberapa kali darinya.

Aku mengangguk, sebelum menjauh darinya. Melihat satu persatu sepatu di sini.

Dapat, sepatu untuk perempuan tapi tidak terlalu menunjukkan hal itu. Dia terpajang di rak tertinggi. Aku melihat harganya dan seketika jiwa miskinku meronta. Memang sepatu ini sangat cantik, tapi harganya juga tak kalah menakjubkan.

Masa bodoh, aku membawanya ke Aska. Memberikan sepatu itu padanya.

"Bagus, kita ambil yang ini."

Aku menjerit dalam hati. Namun raut wajahku tetap datar. Entah Aska benar-benar berasal dari keluarga berada atau memaksakan, aku tidak ingin tahu lebih banyak.

Sejujurnya aku ingin cepat pulang. Tapi memang rencana Tuhan jauh lebih indah.

Aska tiba-tiba menggenggam tanganku. Menarikku memasuki lantai khusus penjual makanan.

"Bulan mau pesan apa?"

Aska tersenyum manis menatapku. Sebelum menunduk kembali, membaca lampiran berisi menu.

Aku melakukan hal yang sama. Setiap berkunjung kemari, selalu restoran ini yang kukunjungi dan yang kupesan itu-itu saja.

"Hamburger, pasta, dan es krim Oreo."

"Ada ya?"

Aku mengangguk, mengangkat menu yang ku genggam dan menunjukkan menu yang kusebutkan.

"Beda nama."

Aku mengangguk, "Namanya bahasa Inggris, ribet. Tapi yang diantar yang saya sebutkan."

Aska tertawa, mengangkat jempol tanda setuju. Jantungku berdegup lebih kencang. Tubuhku mematung.

Aska mengacak-acak rambutku. Jujur, aku baru pertama kali merasa seperti ini. Entah bagaimana menjelaskannya, yang pasti aku merasa damai.

"Ya udah, gue pesan dulu."

Aku tersadar kala Aska sudah berada dalam antrian. Aska balas menatapku, melambai seraya tersenyum lebar. Aku Mengalihkan pandang, menyembunyikan malu.

"Menu spesial untuk perempuan istimewa." Aska menaruh nampan yang dibawanya. Duduk di depanku, memasang wajah ceria.

"Buaya," kataku bernada lirih.

"Ada ya buaya seganteng gue?"

"Pede amat." aku tersenyum mengejek.

Aku memasukkan hamburger ke dalam mulut. Menyisakan saus Di tepi mulut.

Aku mematung sekali lagi. Tangan Aska terulur, mengusap saus itu hingga tak tersisa, namun ada yang tertinggal, dampak dari pergerakan Aska itu.

"Biasanya cewek pada malu makan di depan cowok, apalagi burger kan tinggi tuh. Mangapnya juga harus lebar kan?" Aska meminum kopinya dengan santai, seperti tak terjadi apa-apa.

"Malu enggak bikin kenyang, kalau kata Sandra, malu tapi jatuhnya eneg, lebay. Tapi beda cerita kalau ada yang fobia mangap, bisa dimaklumi."

"Haa? Fobia mangap?" Lirih Aska, laki-laki itu juga melipat dahi.

Gawaiku menyala, ada pesan dari operator. Aku tidak fokus kepada isi pesan itu. Tapi jam yang tertera. Ternyata malam sudah larut.

Aku merasa baru sampai di mall ini. Kenapa ternyata sudah berjam-jam. Kata orang waktu akan berjalan lebih cepat saat bahagia, apa aku bahagia sekarang?

 Kata orang waktu akan berjalan lebih cepat saat bahagia, apa aku bahagia sekarang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

Wah, Bulan sudah bahagia? Cari jawabannya di chapter selanjutnya.

Salah hangat,
Author:)

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang