Bab 14

256 45 9
                                    

Bintang-bintang bertaburan, orang-orang berkerumun di bawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang-bintang bertaburan, orang-orang berkerumun di bawahnya. Lampu-lampu dari wahana menghiasi kegelapan.

Tangan kami saling bertautan. Berjalan di tengah keramaian. Pasar malam, di sini kami berada.

Tiba-tiba Aska berlari kecil, tapi menurut kaki pendekku ia berlari cepat.

Aku melihat sekeliling, tatapanku terhenti di stand penjual dessert oreo. Senyumku merekah, kini ganti aku yang menarik Aska. Tidak peduli dengan wajah kesalnya.

Dessert oreo sudah ada di pelukan. Lanjut, kami berjalan dengan lengan Aska merangkul bahuku.

"Mbak, dibentuk kayak dia bisa?" Aku menunjuk Aska yang sudah tersenyum. Aku mengucapkan sesuatu tanpa suara. Mbak penjual permen kapas tersenyum dan mengangguk.

"Kok gini sih, Bulan?" Wajah tampan Aska berekspresi kesal.

"Loh, ini kan mirip kamu." Aku menjejerkan permen kapas berbentuk kepala panda itu di samping kepala Aska.

"Pegang dulu!" Aska tetap menurut, memegang pegangan pada permen kapas.

Aku merogoh sling bag, mencari gawai. Setelah dapat kubidikkan kamera gawai ke dua anak kembar ini.

Puas, aku tersenyum lebar. Memperlihatkan hasilnya kepada Aska.

Ekspresinya tetap kesal. Aska mengacak-acak rambut panjang teruraiku. Jantungku berdegup kencang. Jika meledak apa aku masih bisa hidup?

Aku berteriak, badanku terombang-ambing. Was-was di hatiku semakin menjadi-jadi.

Aku menggenggam erat tangan Aska, pria ini, pria yang duduk di sampingku malah tertawa melihat teriakanku.

Di dalam kora-kora kami duduk berdampingan. Ketakutan ini membuatku teriak hingga bebanku terasa ringan.

"BINTANG, BULAN YANG DI SAMPINGKU LEBIH BERSINAR DARIPADA YANG DI DEKATMU."

Aku menatap Aska. Laki-laki itu balas menatapku. Kami tersenyum bersama. Gengganggam semakin mengerat.

Semua terlihat kecil dari sini, langit terasa dekat, namun hanya terasa nyatanya masih sangat jauh. Bintang-bintang berkelap-kelip, indah.

"Kamu sering keluar sama temen-temen kamu itu?"

"Emm, jarang sih. Mereka sering keluar tanpa aku tapi." Aku menggerakkan jempol mengelus punggung tangan Aska yang ada digenggamku.

"Kenapa?" Aska melipat dahinya.

"Sibuk." Jawabku, Aska hanya berooh saja.

"Oh ya, temen-temen lo kayaknya bar-bar semua yah. Lo doang yang kalem." Aska terkekeh.

Aku menggeleng tak terima, "Kamu kok tahu mereka bar-bar?" Aska hanya mengidikkan bahu.

"Walaupun mereka begitu baik semua kok, selalu ngertiin. Enggak tahu nanti kalau udah punya pacar semua, sejauh ini masih Lauren doang sih yang punya."

"Habis ini kamu kan juga mau punya pacar." Aska menaik-turunkan alisnya, seraya tersenyum.

"Dih, siapa?"

"Oke, gue mau serius nih sekarang." Nada bicara Aska berubah serius.

Aku menegakkan dudukku. Memasang wajah serius juga, tiba-tiba jantungku degupnya bertambah kencang. Rasanya keringat memenuhi pelipisku.

Aska menatapku lamat-lamat. Tangannya semakin erat menggenggam.

"Aku mau....."

Deg deg deg. Degub jantungku.

"Minum, haus banget." Aska mengelus lehernya.

Aku tertawa garing, melepas tautan tangan, dan memalingkan pandang. Apa yang kuharapkan? Aku sadar, harapanku tak ada yang menjadi nyata. Namun bodohnya aku tetap mengharapkan.

"Kenapa ketawa?"

Aku menggeleng saja menjawab Aska. Aku mengusap wajah, menyadarkan diri. Harusnya aku tahu diri sebelum berharap.

...

Pintu rumah kubuka. Aku disambut bak putri raja. Bedanya yang menyambutku adalah penyihir.

Ia melipat tangan di depan dada. Menatapku tajam. Giginya bergemeletuk. Menahan amarah.

Yang terjadi selanjutnya, pasti bisa ditebak. Salahku sendiri yang lupa waktu.

Dimulai dari memukul lutut telanjangku, dipukul menggunakan kayu pada sapu. Sakit, hingga aku menjerit. Dan yang terjadi selanjutnya bisa ditebak. Apa lagi yang dilakukan wanita itu jika bukan menciptakan luka pada tubuhku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang