Bab 29

237 35 2
                                    

Bulan menatap lamat-lamat wajah di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan menatap lamat-lamat wajah di depannya. Wajah milik seseorang yang ia kenal. Mata yang membuatnya jatuh cinta, sedang terpejam.

Orang itu bergerak. Matanya perlahan terbuka.

"Bulan?" Bulan menatap orang itu dengan datar.

"Kenapa gue diikat?" Orang itu baru tersadar bahwa tubuhnya didudukkan di kursi dan dililit tali tampar.

Bulan tertawa pelan melihat kepolosan orang ini, "Lo penyebab gue dibully kan Aska Ferno Sunanda?"

"Gue? Buat apa? Gue tahu lo benci sama gue gara-gara nembak Gena, tapi jangan gini Bulan!"

Bulan tertawa keras, Kenzi mengeluarkan foto Alea bersama Aska, juga data pribadi milik Alea.

Bukan itu saja, Kenzi menyalakan rekaman suara dari dalam ponselnya.

"Lo cinta kan sama gue?" Itu adalah suara Aska dan Aska terkejut mendengar hal itu.

"Iya." Suara seorang perempuan terdengar dan itu suara milik Amel.

"Lo harus bantu gue!"

"Ajak Bulan ke club!"

"Enggak, aku enggak bisa."

"Berarti cinta lo bullshit ya Mel,"

"Enggak ada cara lain As?"

"Enggak."

"Kalau lo enggak mau, kesempatan buat gue jadi milik lo pupus."

"Aku lakuin."

"Bagus, dan jangan bilang sama siapapun. Kalau lo bilang usaha lo sia-sia."

Tidak ada lagi suara yang terdengar dari gawai Kenzi. Aska masih terdiam, mencerna semua ini.

Shezan menghadapkan laptop ke arah Azka, ia memutar video hasil salinan cctv sekolah.

Aska terkejut melihat video itu dimana ia sedang berada di tempat pembullyan Bulan. Yang terakhir diputar adalah ia tatkala berlari saat mendengar langkah kaki Elzan.

"Iya itu gue. Gue yang lakuin semuanya, gue yang bayar orang di club buat godain lo." Aska berbicara dengan nada tinggi, urat lehernya sampai terlihat.

"Itu karena bunda lo. Kakak gue mati dibunuh bunda lo dan orang tua gue gantung diri sebab kehilangan putri mereka." Lagi, Aska berbicara dengan nada sama. Ditambah matanya yang memerah.

Bulan tersentak kaget. Air matanya keluar dengan sendirinya. Kepalanya menggeleng, kakinya berjalan mundur.

"Enggak, enggak, enggak mungkin," Bulan teriak di akhir kalimat.

"Kakak lo mati delapan tahun lalu kan? Bunda Bulan meninggal tujuh tahun lalu." Kenzi menaikkan satu alisnya.

"Bukti?"

Kenzi menghampiri Bulan yang mematung. Ia merogoh saku seragam Bulan, mengambil gawai.

Setelah dapat, Kenzi membuka galeri. Menunjukkan ke Aska sebuah potret batu nisan.

Benar, di sana tertera nama bunda Bulan. Wafat di tahun 2012. Aska terdiam. Matanya tak bergerak dari layar gawai itu.

"Kenapa lo nuduh bunda?" Bulan berkata dengan nada pelan, terbata-bata.

"Gue cuman dikasih petunjuk foto gaun, katanya gaun itu cuma bunda lo yang punya. Gaun itu pernah lo kasih lihat ke gue." Aska menatap Bulan, tatapannya merasa bersalah. Dia salah orang.

"Lo harus menyelesaikan ini! Kalau sampai Bulan masih dibully." Kenzi menunjukkan kepalan tangannya.

"Mau apa lo? Pukulan anak gadis bisa apa?"

Bugh

Kepala Aska menoleh ke samping, karena tinjuan Kenzi mengenai pipinya.

"Bisa ini."

"Gue akan selesaikan dan cari tahu semuanya," ucap Aska, amarahnya sudah mereda.

"Bulan." Nada Aska begitu halus memanggil Bulan.

Bulan menoleh, menatap Aska, "Maaf untuk semua!"

Bulan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Air matanya mengalir sendiri, Bulan cepat-cepat menghapusnya.

Tatkala di koridor, Amel menghadang jalannya, "Ikut aku kak! Ada yang ingin aku omongin."

Bulan tak menanggapi, ia berjalan lurus. Menyenggol bahu Amel saat mereka berdiri sejajar.

"Maaf kak!" Bulan menghentikan langkahnya, tapi tak berbalik.

"Aku suka sama Aska. Aku ngajak kak Bulan ke club karena dia, aku enggak tahu kalau itu dijadiin bahan buat bully kakak." Amel terisak.

Bulan menghela nafas sebelum meninggalkan Amel yang larut dalam rasa bersalahnya.

Bulan menghela nafas sebelum meninggalkan Amel yang larut dalam rasa bersalahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang