Bab 38

302 29 1
                                    

"Lo ada di TKP dari mulai kejadian sampai akhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo ada di TKP dari mulai kejadian sampai akhir. Lo denger semuanya, lo harus jadi saksi!" Kenzi menatap Amel tajam.

"Enggak. Aku enggak ada di sana." Amek menggeleng.

Kenzi tersenyum miring, "Terus siapa yang sembunyi di deket tangga? Setan berwajah mirip sama lo? Lo emang setan sih."

"Ibu kamu sudah menghancurkan hidup Bulan. Seharusnya kalau kamu punya hati, perbaiki semua!" Nada Shezan terdengar lemah. Ia tak tahu lagi harus bagaimana.

"Terserah!" Amel pergi masuk ke dalam rumah. Mengunci pintu dari dalam.

"Lo harus datang! Jam sepuluh di pengadilan!" Kenzi berteriak.

...

Duduk di kursi terdakwa bukanlah mimpi Bulan. Bahkan, hal ini tak terpikirkan olehnya. Siapa yang ingin masuk ke ruangan dibalik jeruji besi? Ada, yaitu orang-orang yang menyerah dan bodoh.

Penampilan Bulan jauh dari kata baik-baik saja. Rambut panjangnya kusut dan berantakan. Baju orange khas tahanan memperburuk penampilannya.

Kenzi dan Shezan ada di belakang Bulan. Keduanya sama-sama khawatir bila seseorang yang penting tak hadir sebagai saksi. Saksi yang telah diajukan oleh Kenzi dan Shezan.

"Apakah saksi tidak hadir?" Ucap hakim agung.

Semuanya terdiam. Tak tahu akan menjawab apa. Bulan pun sudah pasrah, tak ingin berdebat.

...

Amel terdiam di kamarnya. Di tangannya ada selembar foto berisi dirinya dan ibunya, Sara.

Sebuah rasa memuncak. Amel berlari ke kamar mandi. Memuntahkan semua isi perutnya. Namun, yang keluar malah cairan merah.

Amel menghela nafas, sebelum meminum obatnya. Tidak ada yang tahu bahwa ada penyakit yang bersarang di tubuhnya. Bahkan bunda kandungnya.

Amel termenung sesaat, sebelum berlari keluar. Ia mengeluarkan motornya.

Melajukan motor matic itu dengan kencang. Jalanan di jam kerja lumayan lenggang, Amel bisa menyetir dengan lancar.

Sampai mualnya kembali muncul. Bahkan ia bisa melihat dari spion, darah keluar dari hidungnya.

Motornya ambruk bersama dengan dirinya. Amel tak kuasa. Ia tak sadarkan diri.

...

"BULAN." Shezan berlari, berusaha menerobos pertahanan polisi yang mengelilingi Bulan.

Bulan berhenti di depan pintu mobil. Ia menatap sendu kedua temannya. Ia beralih menatap Sara. Wanita itu melambai, senyum lebar ia tampilkan.

"Bulan, jangan pergi hiks!" Shezan menangis kencang.

"Bulan, sampai bertemu dua tahun lebih delapan bulan lagi!" Kenzi tersenyum namun air mata mengalir di pipinya.

Ya, dua tahun lebih tidaklah lama kan? Bulan bisa melalui bertahun-tahun terkurung dan sendiri. Hal ini takkan jauh beda.

Bulan masuk ke mobil polisi. Hidupnya hancur hanya dengan tiga ketokan palu dari hakim.

Mobil melaju namun Shezan masih berteriak kencang. Gadis itu berlari mengejar mobil itu.

"Bulan. Dia enggak salah Ken." Shezan tersungkur. Kenzi memegang bahu Shezan.

"Iya, Bulan enggak salah. Nanti kita mulai hidup yang lebih baik sama Bulan. Kita tunggu dia!"

"Kita harus kuat. Tegakkan bahumu She!"

Shezan berdiri. Mereka saling berpelukan. Tangisan pilu dari mereka akan menyakiti hati siapa pun yang mendengarnya.

Tak jauh dari sana. Sara tersenyum manis, memasang kaca mata hitamnya sebelum berjalan dengan anggun meninggalkan tempat itu.

 Sara tersenyum manis, memasang kaca mata hitamnya sebelum berjalan dengan anggun meninggalkan tempat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang