Bab 28

241 32 5
                                    

"Bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bulan." Tanpa menengok Bulan tahu siapa orang ini. Orang yang tak ingin ia lihat hari ini.

"Pipi lo kenapa?" Elzan mengambil sikat di sudut toilet. Ia masuk di toilet sebelah kanan, karena kiri sudah diisi Bulan.

"Ngapain lo?" Akhirnya Bulan mengeluarkan suara, tak nyaman akan kehadiran Elzan.

"Buat apa lo nyuruh kita ke sini? Lo kesusahan buka resleting celana?" Bukan Elzan yang menjawab, melainkan Zean yang baru datang bersama Reo.

Bulan keluar toilet untuk mengambil sabun. Ia menatap kedua laki-laki itu sebelum masuk kembali.

"Dilihat dari deket kek bidadari. Kenapa enggak gue aja yang deketin?" Reo berbisik ke telinga Zean.

"Iya cantik walaupun pipinya bengkak." Zean mengangguk setuju.

"Bantuin!" Elzan mengambil pel, memberikannya kepada Zean.

Keduanya langsung mengangguk semangat. Segera membantu Elzan atau lebih tepatnya Bulan.

"Maaf!" Elzan bersandar di tembok, di antara dua toilet.

"Buat?" Ucap Bulan tanpa berhenti menyikat.

"Mereka yang buat taruhan itu."

"Ena...." Belum sempat Zean menyelesaikan ucapannya. Bulan memotong.

"Tapi lo mau kan?"

Hening. Mereka menutup mulut rapat-rapat. Bulan tersenyum miring, segera menyelesaikan pekerjaannya.

"Izinin gue deketin lo! Gue yang akan bentuk hati lo lagi." Elzan berbicara, bernada lirih.

Byur

Air membasahi tubuh Elzan, Bulan yang melakukannya, "Shut up buaya!"

Elzan mengusap wajahnya kasar. Hatinya berdenyut nyeri.

...

Ketiga gadis cantik itu sedang fokus menatap layar laptop. Layar itu menyala, menunjukkan video hitam putih. Di bagian samping body laptop, sebuah flashdisk menancap.

Di dalam video itu, nampak pembullyan Bulan. Mereka bagai menonton ulang kejadian tak mengenakkan.

"Berarti dia selalu datang di tempat lo dibully." Bulan membenarkan perkataan Kenzi.

"Tapi kenapa dia bisa tahu tempatnya?" Shezan bertanya.

"Gps gawai lo?" Ketiganya saling bertatapan. Bulan mengecek gawainya, sebelum mengangguk.

"Let's begin!" Ketiga gadis itu tersenyum miring, sama-sama melipat tangan di depan dada.

Malam telah berganti pagi. Bulan beristirahat digantikan matahari. Langit cerah pagi ini. Menambah semangat Bulan.

Gadis itu sudah siap dengan seragamnya. Berjalan menuruni tangga, tiada siapapun. Sepi, bagai istana tak berpenghuni.

Shezan melambaikan tangan di dalam mobil dengan jendela terbuka. Di sampingnya Kenzi duduk memegang setir.

Bulan bergabung bersama mereka. Ia duduk di kursi penumpang bagian tengah.

...

Bulan berlari dengan wajah panik. Orang-orang yang melintas di tengah koridor menyingkir. Di belakangnya seorang gadis mengejar.

"Mau kemana lo?"

Bulan mempercepat larinya. Berbelok, ke arah belakang sekolah. Di sana hampir tidak ada yang mengunjungi.

"Bego banget lari ke sini." Gadis itu tersenyum miring.

Bulan memundurkan langkah, tatkala gadis itu berjalan memdekatinya.

"Dia bersembunyi di balik tembok."

"Tetap berbicara! Aku akan menangkapnya." Alat di telinga Bulan mengeluarkan suara.

Shezan keluar dari ruang cctv. Berlari membawa balok kayu di tangannya. Arah lari Shezan sama dengan Bulan.

Ia berjalan pelan kala matanya sudah menangkap seseorang yang bersembunyi dibalik tembok.

Bugh

Balok kayu itu melayang, menghantam kepala bagian belakang seseorang yang bersembunyi itu.

Shezan terkejut melihat wajah itu. Ia pernah melihatnya. Bulan juga sering menceritakan orang ini.

 Bulan juga sering menceritakan orang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Vote yuk 🥺
Terima kasih yang sudah membaca💜

Massa (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang